Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keefektifan rumput laut sebagai alternatif sumber kalsium. Serta
mengetahui apakah rumput laut dapat dijadikan sebagai bahan dasar effervescent
kalsium.
Penelitian ini dilakukan dengan
metode observasi. Secara kualitatif yaitu setelah produk effervescent dibuat
kemudian diuji organoleptik. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah
rumput laut (Eucheuma cottonii). Data pengujian organoleptik
diambil sebanyak 25 orang secara acak. Setelah uji organoleptik, responden
diminta untuk menilai effervescent dari segi aroma, rasa, dan penampilan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rumput laut dapat dijadikan bahan dasar pembuatan
effervescent dan berdasarkan survei 64% dan 80% responden menyatakan suka dalam
segi aroma dan rasa effervescent serta 96% menyukai dari segi penampilannya.
Sehingga dapat ditarik disimpulkan bahwa effervescent berbahan dasar rumput
laut (Eucheuma cottonii) dapat dijadikan sebagai minuman alternatif sumber
kalsium. Karena tak hanya kaya akan kandungan
serat, karbohidrat, protein, tetapi juga kaya akan mineral kalsiumnya.
Kata
Kunci: Rumput
laut (Eucheuma cottonii), Kalsium, Effervescent
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Kalsium adalah mineral yang paling banyak berada di dalam tubuh manusia. Kalsium merupakan sebuah unsur kimia dengan
simbol Ca. Kalsium sangat dibutuhkan oleh manusia
karena memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai hal yang menyangkut
sistem organ dalam tubuh manusia. Pada manusia normal kandungan kalsium
mencapai 1,5 sampai 2,2 persen dari berat tubuh atau memiliki berat 700 sampai
dengan 1400 g. Sebagian besar kalsium terdapat pada tulang serta gigi dan
sisanya tersebar pada seluruh bagian tubuh dalam bentuk larutan. Kalsium
tersebar di dalam dan diluar sel yang berperan dalam berbagai aktifitas
kehidupan. (http://www.kesehatan123.com)
Menurut
dr.Tanya M.Rotikan spesialis olahraga dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi asupan kalsium setengah dari
jumlah yang seharusnya, yaitu antara 800-1000 mg per hari. Terlebih harga susu
yang melonjak, sehingga kebutuhan akan 1.000 miligram kalsium sangat sulit
untuk dipenuhi menyebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia kekurangan
kalsium. Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila jumlah penderita osteoporosis
di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan sudah
Kalsium sangat penting bagi
pertumbuhan manusia dan salah satu sumber kalsium yang sering dikonsumsi
masyarakat adalah susu. Tetapi karena harga susu yang relatif mahal sehingga
pengkonsumsian susu pun tidak terpenuhi. Karena itu perlu dicari sumber kalsium
lain yang lebih terjangkau. Salah satu sumber yang kaya akan kalsium tersebut adalah
rumput laut.
Indonesia
dikenal negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Indonesia adalah
Negara Maritim yaitu Negara kepulauan sebagai
negara dengan luas wilayah laut lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang
bisa kita manfaatkan adalah sumber hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut
yang bisa diolah adalah rumput
laut (seaweed).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rumput laut mengandung banyak antioksidan serta serat yang tinggi.
Sehingga menjadi salah satu menu diet bagi wanita jepang. Tidak hanya membantu
dalam meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Antioksidan yang dimiliki
rumput laut juga membantu membersihkan tubuh
dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.
(http://m4d13.blogspot.com)
Menurut penelitian para ilmuan jepang menunjukkan bahwa ekstrak rumput laut berguna untuk
mengobati penderita hipertensi dengan menurunkan tekanan darah penderita. Bagi
pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut juga sangat dianjurkan karena dapat
menyerap kelebihan garam pada tubuh.
Rumput laut juga mengandung mineral esensial yang sangat banyak, antara
lain besi dan kalsium. Kandungan kalsium rumput laut lima kali
lebih tinggi dibandingkan dengan susu, sehingga rumput laut sangat tepat
dikonsumsi untuk mengurangi dan mencegah gejala osteoporosis. Serta kaya akan
vitamin D yang bermanfaat untuk penyerapan kalsium dalam tubuh. (http://m4d13.blogspot.com)
Sebagai bahan pangan rumput laut
umumnya dikonsumsi menjadi pudding, agar-agar, atau urap dibeberapa daerah.
Dalam penelitian ini dipilih pengolahan rumput laut menggunakan metode effervescent. Effervescent didifinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan
umumnya adalah karbondioksida (CO2). Metode ini digunakan untuk
mempermudah pengkonsumsian rumput laut. Berdasarkan latar belakang tersebut,
akan dilakukan penelitian apakah rumput laut dapat dijadikan sebagai alternatif
sumber kalsium dengan metode pengolahan sebagai bahan dasar effervescent kalsium.
2. Instrumen dan Metode Penelitian
Alat:
Saringan, Blender, Timbangan, Baskom, Wajan, Pisau, Pengaduk
kayu, Kompor
Bahan:
Rumput
laut (Eucheuma cottonii), Air, Tween
80, Dekstrin, Asam
Sitrat, Sodium
bikorbonat, Gula
pasir
Prosedur Penelitian:
1.
Rumput
laut dicuci hingga bersih, kemudian dihaluskan
2.
Hasil
penghalusan selanjutnya ditambahkan 350 ml air, campuran lalu diperas hingga
didapat sari rumput laut
3.
Sari
rumput laut lalu diendapkan selama 30
menit, selanjutnya dipisahkan air dari endapannya.
4.
Cairan
hasil saringan kemudian dicampur dan dikocok dengan mixer sambil ditambahkan
tween 80 sebanyak 30 ml dan dekstrin sebanyak 40 g.
5.
Campuran
dimasak atau disangrai selama 3 jam atau hingga berbentuk gumpalan kering.
6.
Ekstrak
kering diangin-anginkan atau didinginkan, lalu sisa bahan tambahan dicampurkan
kedalam pengaduk elektrik.
7.
Aduk
hingga semua merata sempurna. Dan tahap terakhir bahan yang telah halus diayak
agar didapatkann bubuk effervescent yang halus.
8.
Effervescent siap dikonsumsi
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil Larutan Effervescent
Kalsium
Pembahasan
Dari hasil
proses pembuatan di atas maka dilakukan survei atau uji kualitas kelayakan produk
untuk mendapatkan penilaian effervescent yang telah dibuat. Data penilaian yang didapatkan yaitu, 20% mengatakan tidak suka dan 80% diantaranya
mengatakan suka dengan rasanya. Sementara untuk penilaian tampilan atau segi
fisiknya 4% mengatakan tidak suka dan 96% mengatakan suka. Namun, untuk aroma
dari effervescent rumput laut 36%
mengatakan tidak suka dan 64% yang menyatakan suka.
Hal
tersebut dapat menunjukkan mengapa 36% responden tidak menyukai effervescent rumput laut, dikarenakan
aroma amis yang kuat dari rumput laut yang belum hilang walaupun telah
ditambahkan treatment tambahan.
Selain itu juga karena effervescent
telah tercampur bahan-bahan kimia yang menyebabkan bau dari minuman tercium
berbeda walaupun masih tetep tercium aroma khas dari rumput laut itu sendiri.
Untuk rasa, 20% responden menyatakan tidak menyukai effervescent-nya salah satu penyebabnya adalah penggunaan tween 80
yang menyebabkan adanya rasa pahit setelah mengkonsumsi larutan dari effervescent ini, rasa asam dari asam
sitrat dan kurangnya penggunaan gula sehingga laruran yang dihasilkan kurang
manis. Sedangkan dari segi penampilan effervescent
96% dari 25 responden mengatakan menyukainya.
Karena warna dari effervescent yang
dilarutkan menghasilkan warna larutan bening dengan sedikit warna asli dari
rumput laut. Dan efek gelembung yang dihasilkan oleh sodium bikarbonat
menambahkan nilai tambah dari segi penampilan effervescent tersebut.
Kelebihan
dari effervescent kalsium berbahan
dasar rumput laut ini dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif baru pengganti kalsium serta salah satu sarana
untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian masyarakat sehingga dapat terhindar
dari penyakit osteoporosis yaitu pengkeroposan tulang yang biasanya menyerang
orang lanjut usia. Banyaknya manfaat rumput laut yang kaya akan mineral,
protein, karbohitrat, serta serat yang sangat berguna bagi tubuh.
Rumput
laut atau algae telah dimanfaatkan
oleh penduduk Indonesia, terutama masyarakat pesisir dan pulau-pulau. Penduduk
mengumpulkan rumput laut untuk dijadikan bahan pangan dan obat-obatan. Sebagai
bahan pangan, rumput laut umumnya dibuat
sebagai agar-agar atau pudding. Sedangkan sebagai obat, masyarakat pesisir
biasa menggunakannya sebagai antiseptik dan pemeliharan kulit. Cara yang umum
dilakukan adalah merebus rumput laut dan air rebusan inilah yang akan
digunakan. Cara lainnya adalah dengan menggerus rumut laut sampai menjadi bubuk,
kemudian dipakai sebagai obat. (Ghufran, 2011)
Sebagai
bahan pangan dan obat-obatan, rumput laut mengandung nilai gizi yang penting
untuk tubuh manusia. Komponen utama gizi rumput laut terdiri dari karbohidrat,
protein, sedikit lemak, dan abu (yang sebagian besar merupakan senyawa garam
natrium dan kalium). Beberapa jenis rumput laut juga mengandung vitamin A, B1,
B2, B6, B12, dan C serta mineral seperti kalsium, kalium, fosfor, natrium, zat
besi dan iodium. (Ghufran, 2011)
Rumput
laut mengandung mineral mikro dan makro yang cukup tinggi mengingat habitatnya
yang meerupakan muara mineral terbesar. Hasil analisis kadar Kalsium (1,13%)
dan Phosphor (1,12%) pada rumput laut kering menunjukan kandungan Ca dan P yang
tinggi. Sementara analisis kandungan vitamin menghasilkan data kandungan
vitamin A dan vitamin E pada rumput laut (Eucheuma
cottonii) sebesar 59,393 IU/kg dan
219,96 IU/kg sedangkan analisis terhadap vitamin D diperoleh hasil
sebesar 1,9
g/100g. (Sunarto, 2003)

Dari data diatas dapat menguatkan hipotesis
bahwa rumput laut mengandung kalsium dan dapat dijadikan salah satu alternatif
sumber kalsium bagi masyarakat. Dengan menjadikan rumput laut tersebut sebagai
bahan dasar effervescent agar dapat
dikonsumsi oleh para konsumen. Kalsium tidak akan berkurang ataupun hilang pada saat proses
pembuatan effervescent ini
dikarenakan titik didih kalsium yang tinggi berkisar > 10000C. Dalam
penelitian ini digunakan 440g rumput
laut basah yang kisarannya sama dengan
200g rumput laut kering sehingga
perkiraan kandungan kalsium pada effervescent
kalsium berbahan dasar rumput laut memiki kandungan kalsium sebanyak 2,26g per
pembuatan produk effervescent. Dengan
kadar kalsium sebanyak 2,26g dapat memenuhi rata-rata kalsium harian yaitu
500mg/hari.

Kelemahan
dari effervescent kalsium yang
berbahan dasar rumput laut (Eucheuma
cottoni) adalah rasa hambar dan aroma amis yang sangat kuat. Sehingga saat
pengkonsumsian larutan effervescent
masih tercium dan terasa aroma dan rasa khas rumput laut. Penggunaan asam
tartrat dan aspartam juga mengakibatkan saat pelarutan effervescent tidak berbuih secara maksimal juga tingkat kemanisan
yang berkurang kerena tidak menggunakan aspartam sebagai pemanis buatan. Serta
penggunaan tween 80 yang mengakibatkan perubahan rasa yaitu rasa pahit dan
lengket pada effervescent.
4. Kesimpulan
Dari
hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa rumput laut tinggi akan
kandungan kalsium sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber kalsium
dengan diolah menjadi minuman yaitu effervescent
sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Dari segi aroma memang kurang disukai, tetapi dari segi
penampilan dan rasa sudah. Sehingga, effervescent
yang telah dibuat dapat diterima walaupun dengan rasa yang kurang disukai oleh
para konsumen.
5. Saran
Pada penelitian selanjutnya penulis
menyarankan untuk:
1. Memperbaiki rasa effervescent
2. Memperbaiki aroma effervescent dengan menambakan essens
tambahan agar aroma
amis dari rumput laut dapat hilang.
3. Menentukan takaran yang pas antara tween 80 dan
dekstrin agar efferfevescent yang dihasilkan sempurna tanpa ada
rasa bahan kimia yang ikut terasa saat pengkonsumsian larutan.
4.
Melakukan uji secara langsung kandungan kalsium pada effervescent rumput laut
5.
Membuat bentuk granul dari effervescent
rumput laut
6.
Menambah atau mencari bahan dasar lain yang dapat dijadikan alternative kalsium yang juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar effervescent
7.
Membuat alternatif sumber kalsium lainnya yang berasal dari kelopak bunga Rosella.
6. Referensi
Cahyadi, Wisnu.
2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan
Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ghufran M,
Kordi. 2011. Kiat Sukses Budi Daya Rumput Laut di Laut & Tambak. Yogyakarta
: Andi Offset.
Othmer, 1968. Seaweed Colloids, Encyclopedia of Chemical
Technology, No 17: 763-784.
Poncomulyo,
Tarino dkk. 2008. Budi Daya dan
Pengelolahan Rumput Laut. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Pulungan, M.
Hidun. 2004. Membuat Effervescent Tanaman
Obat. Surabaya: Trubus Agrisarana.
Purwoto, Heri
dkk. 2011. Rumput Laut. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Ribut, S. dan S.
Kumalaningsih. 2004. Pembuatan bubuk sari
buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode
foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta.
Sunarto. 2003.
Potensi Nutrisi Rumput Laut (Eucheuma
cottonii) Sebagai Sumber Bahan Pangan. Skripsi Program Studi Nutrisi dan
Makanan Ternak. Dapartemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas
Peternakan ITB. Bogor.
Winarno, F.G.,
1990. Tempe, Misteri Gizi dari Jawa, dan Info Pangan. Teknologi Pangan
dan Gizi Fatemeta ITB. Bogor.
(dr. Rosdiana
Ramli, SpOG. Kalsium. http://www.kesehatan123.com. Diakses pada
hari Sabtu, tanggal 1 september 2012 : 20.11 PM).
(Madie Zha. Manfaat Rumput Laut. http://m4d13.blogspot.com. Diakses pada
hari Sabtu, tanggal 1 september 2012 : 20.23 PM).
(Macho Blog.
Beberapa Fakta Penting Mengenai Kalsium. http://info-kalsium.blogspot.com. Diakses pada
hari Sabtu, tanggal 1 September 2012 : 21.30 PM).
(Astrid Anastasia. Tegaplah
Sampai Tua. http://www.preventionindonesia.com/article.php.
Diakses pada hari Minggu, tanggal 02 September 2012 : 08.54 AM).
(Anonymous. Pengertian
Macam-macam Fungsi Kalsium. http://makalahbiologiku.blogspot.com. Diakses pada
hari Senin, tanggal 03 September 2012 : 19.49 PM).
No comments:
Post a Comment