Friday, 16 May 2014

RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) SEBAGAI BAHAN DASAR EFFERVESCENT KALSIUM

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan rumput laut sebagai alternatif sumber kalsium. Serta mengetahui apakah rumput laut dapat dijadikan sebagai bahan dasar effervescent kalsium.
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Secara kualitatif yaitu setelah produk effervescent dibuat kemudian diuji organoleptik. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah rumput laut (Eucheuma cottonii). Data pengujian organoleptik diambil sebanyak 25 orang secara acak. Setelah uji organoleptik, responden diminta untuk menilai effervescent dari segi aroma, rasa, dan penampilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumput laut dapat dijadikan bahan dasar pembuatan effervescent dan berdasarkan survei 64% dan 80% responden menyatakan suka dalam segi aroma dan rasa effervescent serta 96% menyukai dari segi penampilannya. Sehingga dapat ditarik disimpulkan bahwa effervescent berbahan dasar rumput laut (Eucheuma cottonii) dapat dijadikan sebagai minuman alternatif sumber kalsium. Karena tak hanya kaya akan kandungan serat, karbohidrat, protein, tetapi juga kaya akan mineral kalsiumnya.
Kata Kunci: Rumput laut (Eucheuma cottonii), Kalsium, Effervescent


1. Pendahuluan
Latar Belakang
Kalsium adalah mineral yang paling banyak berada di dalam tubuh manusia. Kalsium merupakan sebuah unsur kimia dengan simbol Ca. Kalsium sangat dibutuhkan oleh manusia karena memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai hal yang menyangkut sistem organ dalam tubuh manusia. Pada manusia normal kandungan kalsium mencapai 1,5 sampai 2,2 persen dari berat tubuh atau memiliki berat 700 sampai dengan 1400 g. Sebagian besar kalsium terdapat pada tulang serta gigi dan sisanya tersebar pada seluruh bagian tubuh dalam bentuk larutan. Kalsium tersebar di dalam dan diluar sel yang berperan dalam berbagai aktifitas kehidupan. (http://www.kesehatan123.com)
Menurut dr.Tanya M.Rotikan spesialis olahraga dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi asupan kalsium setengah dari jumlah yang seharusnya, yaitu antara 800-1000 mg per hari. Terlebih harga susu yang melonjak, sehingga kebutuhan akan 1.000 miligram kalsium sangat sulit untuk dipenuhi menyebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia kekurangan kalsium. Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila jumlah penderita osteoporosis di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan sudah
termasuk dalam tingkat yang perlu diwaspadai. (http://www.preventionindonesia.com)
Kalsium sangat penting bagi pertumbuhan manusia dan salah satu sumber kalsium yang sering dikonsumsi masyarakat adalah susu. Tetapi karena harga susu yang relatif mahal sehingga pengkonsumsian susu pun tidak terpenuhi. Karena itu perlu dicari sumber kalsium lain yang lebih terjangkau. Salah satu sumber yang kaya akan kalsium tersebut adalah rumput laut.
Indonesia dikenal negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Indonesia adalah Negara Maritim yaitu Negara kepulauan sebagai negara dengan luas wilayah laut lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah rumput laut (seaweed).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumput laut mengandung banyak antioksidan serta serat yang tinggi. Sehingga menjadi salah satu menu diet bagi wanita jepang. Tidak hanya membantu dalam meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Antioksidan yang dimiliki rumput laut juga membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh. (http://m4d13.blogspot.com)
  Menurut penelitian para ilmuan jepang menunjukkan bahwa ekstrak rumput laut berguna untuk mengobati penderita hipertensi dengan menurunkan tekanan darah penderita. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut juga sangat dianjurkan karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh.
Rumput laut juga mengandung mineral esensial yang sangat banyak, antara lain besi dan kalsium. Kandungan kalsium rumput laut lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan susu, sehingga rumput laut sangat tepat dikonsumsi untuk mengurangi dan mencegah gejala osteoporosis. Serta kaya akan vitamin D yang bermanfaat untuk penyerapan kalsium dalam tubuh. (http://m4d13.blogspot.com)
Sebagai bahan pangan rumput laut umumnya dikonsumsi menjadi pudding, agar-agar, atau urap dibeberapa daerah. Dalam penelitian ini dipilih pengolahan rumput laut menggunakan metode effervescent. Effervescent didifinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida (CO2). Metode ini digunakan untuk mempermudah pengkonsumsian rumput laut. Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan penelitian apakah rumput laut dapat dijadikan sebagai alternatif sumber kalsium dengan metode pengolahan sebagai bahan dasar effervescent kalsium.
2. Instrumen dan Metode Penelitian
Alat:
Saringan, Blender, Timbangan, Baskom, Wajan, Pisau, Pengaduk kayu, Kompor
Bahan:
Rumput laut (Eucheuma cottonii), Air, Tween 80, Dekstrin, Asam Sitrat, Sodium bikorbonat, Gula pasir

Prosedur Penelitian:
1.   Rumput laut dicuci hingga bersih, kemudian dihaluskan
2.   Hasil penghalusan selanjutnya ditambahkan 350 ml air, campuran lalu diperas hingga didapat sari rumput laut
3.   Sari rumput laut lalu diendapkan  selama 30 menit, selanjutnya dipisahkan air dari endapannya.
4.   Cairan hasil saringan kemudian dicampur dan dikocok dengan mixer sambil ditambahkan tween 80 sebanyak 30 ml dan dekstrin sebanyak 40 g.
5.   Campuran dimasak atau disangrai selama 3 jam atau hingga berbentuk gumpalan kering.
6.   Ekstrak kering diangin-anginkan atau didinginkan, lalu sisa bahan tambahan dicampurkan kedalam pengaduk elektrik.
7.   Aduk hingga semua merata sempurna. Dan tahap terakhir bahan yang telah halus diayak agar didapatkann bubuk effervescent  yang halus.
8.   Effervescent siap dikonsumsi

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil Larutan Effervescent Kalsium
Pembahasan
Dari hasil proses pembuatan di atas maka dilakukan survei atau uji kualitas kelayakan  produk  untuk mendapatkan penilaian effervescent  yang telah dibuat.  Data penilaian yang didapatkan yaitu, 20% mengatakan tidak suka dan 80% diantaranya mengatakan suka dengan rasanya. Sementara untuk penilaian tampilan atau segi fisiknya 4% mengatakan tidak suka dan 96% mengatakan suka. Namun, untuk aroma dari effervescent rumput laut 36% mengatakan tidak suka dan 64% yang menyatakan suka.   
Hal tersebut dapat menunjukkan mengapa 36% responden tidak menyukai effervescent rumput laut, dikarenakan aroma amis yang kuat dari rumput laut yang belum hilang walaupun telah ditambahkan treatment tambahan. Selain itu juga karena effervescent telah tercampur bahan-bahan kimia yang menyebabkan bau dari minuman tercium berbeda walaupun masih tetep tercium aroma khas dari rumput laut itu sendiri. Untuk rasa, 20% responden menyatakan tidak menyukai effervescent-nya salah satu penyebabnya adalah penggunaan tween 80 yang menyebabkan adanya rasa pahit setelah mengkonsumsi larutan dari effervescent ini, rasa asam dari asam sitrat dan kurangnya penggunaan gula sehingga laruran yang dihasilkan kurang manis. Sedangkan dari segi penampilan effervescent 96% dari 25 responden mengatakan menyukainya. Karena warna dari effervescent yang dilarutkan menghasilkan warna larutan bening dengan sedikit warna asli dari rumput laut. Dan efek gelembung yang dihasilkan oleh sodium bikarbonat menambahkan nilai tambah dari segi penampilan effervescent  tersebut.
Kelebihan dari effervescent kalsium berbahan dasar rumput laut ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif baru pengganti kalsium serta salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian masyarakat sehingga dapat terhindar dari penyakit osteoporosis yaitu pengkeroposan tulang yang biasanya menyerang orang lanjut usia. Banyaknya manfaat rumput laut yang kaya akan mineral, protein, karbohitrat, serta serat yang sangat berguna bagi tubuh.
Rumput laut atau algae telah dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia, terutama masyarakat pesisir dan pulau-pulau. Penduduk mengumpulkan rumput laut untuk dijadikan bahan pangan dan obat-obatan. Sebagai bahan pangan, rumput  laut umumnya dibuat sebagai agar-agar atau pudding. Sedangkan sebagai obat, masyarakat pesisir biasa menggunakannya sebagai antiseptik dan pemeliharan kulit. Cara yang umum dilakukan adalah merebus rumput laut dan air rebusan inilah yang akan digunakan. Cara lainnya adalah dengan menggerus rumut laut sampai menjadi bubuk, kemudian dipakai sebagai obat. (Ghufran, 2011)
Sebagai bahan pangan dan obat-obatan, rumput laut mengandung nilai gizi yang penting untuk tubuh manusia. Komponen utama gizi rumput laut terdiri dari karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu (yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium). Beberapa jenis rumput laut juga mengandung vitamin A, B1, B2, B6, B12, dan C serta mineral seperti kalsium, kalium, fosfor, natrium, zat besi dan iodium. (Ghufran, 2011)
Rumput laut mengandung mineral mikro dan makro yang cukup tinggi mengingat habitatnya yang meerupakan muara mineral terbesar. Hasil analisis kadar Kalsium (1,13%) dan Phosphor (1,12%) pada rumput laut kering menunjukan kandungan Ca dan P yang tinggi. Sementara analisis kandungan vitamin menghasilkan data kandungan vitamin A dan vitamin E pada rumput laut (Eucheuma cottonii) sebesar 59,393 IU/kg dan  219,96 IU/kg sedangkan analisis terhadap vitamin D diperoleh hasil sebesar 1,9g/100g. (Sunarto, 2003)
   Dari data diatas dapat menguatkan hipotesis bahwa rumput laut mengandung kalsium dan dapat dijadikan salah satu alternatif sumber kalsium bagi masyarakat. Dengan menjadikan rumput laut tersebut sebagai bahan dasar effervescent agar dapat dikonsumsi oleh para konsumen. Kalsium tidak akan berkurang ataupun hilang pada saat proses pembuatan effervescent ini dikarenakan titik didih kalsium yang tinggi berkisar > 10000C. Dalam penelitian ini  digunakan 440g rumput laut basah yang kisarannya sama dengan 200g rumput laut kering sehingga perkiraan kandungan kalsium pada effervescent kalsium berbahan dasar rumput laut memiki kandungan kalsium sebanyak 2,26g per pembuatan produk effervescent. Dengan kadar kalsium sebanyak 2,26g dapat memenuhi rata-rata kalsium harian yaitu 500mg/hari.
Kelemahan dari effervescent kalsium yang berbahan dasar rumput laut (Eucheuma cottoni) adalah rasa hambar dan aroma amis yang sangat kuat. Sehingga saat pengkonsumsian larutan effervescent masih tercium dan terasa aroma dan rasa khas rumput laut. Penggunaan asam tartrat dan aspartam juga mengakibatkan saat pelarutan effervescent tidak berbuih secara maksimal juga tingkat kemanisan yang berkurang kerena tidak menggunakan aspartam sebagai pemanis buatan. Serta penggunaan tween 80 yang mengakibatkan perubahan rasa yaitu rasa pahit dan lengket pada effervescent.
4. Kesimpulan
            Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa rumput laut tinggi akan kandungan kalsium sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber kalsium dengan diolah menjadi minuman yaitu effervescent sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Dari segi aroma memang kurang disukai, tetapi dari segi penampilan dan rasa sudah. Sehingga, effervescent yang telah dibuat dapat diterima walaupun dengan rasa yang kurang disukai oleh para konsumen.
5. Saran
Pada penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk:
1. Memperbaiki rasa effervescent
2. Memperbaiki aroma effervescent dengan menambakan essens tambahan agar aroma amis dari rumput laut dapat hilang.
3. Menentukan takaran yang pas antara tween 80 dan dekstrin agar efferfevescent yang dihasilkan sempurna tanpa ada rasa bahan kimia yang ikut terasa saat pengkonsumsian larutan.
4. Melakukan uji secara langsung kandungan kalsium pada effervescent rumput laut
5. Membuat bentuk granul dari effervescent rumput laut
6. Menambah atau mencari bahan dasar lain yang dapat dijadikan alternative kalsium yang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar effervescent
7. Membuat alternatif sumber kalsium lainnya yang berasal dari kelopak bunga Rosella.
6. Referensi
Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ghufran M, Kordi. 2011.  Kiat Sukses Budi Daya Rumput Laut di Laut & Tambak. Yogyakarta : Andi Offset.

Othmer, 1968. Seaweed Colloids, Encyclopedia of Chemical Technology, No 17: 763-784.
Poncomulyo, Tarino dkk. 2008. Budi Daya dan Pengelolahan Rumput Laut. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Pulungan, M. Hidun. 2004. Membuat Effervescent Tanaman Obat. Surabaya: Trubus Agrisarana.

Purwoto, Heri dkk. 2011. Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ribut, S. dan S. Kumalaningsih. 2004. Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode  foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin  dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta.

Sunarto. 2003. Potensi Nutrisi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Sebagai Sumber Bahan Pangan. Skripsi Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak. Dapartemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan ITB. Bogor.

Winarno, F.G., 1990. Tempe, Misteri Gizi dari  Jawa, dan Info Pangan. Teknologi Pangan dan Gizi Fatemeta ITB. Bogor.

(dr. Rosdiana Ramli, SpOG. Kalsium. http://www.kesehatan123.com. Diakses pada hari Sabtu, tanggal 1 september 2012 : 20.11 PM).

(Madie Zha. Manfaat Rumput Laut. http://m4d13.blogspot.com. Diakses pada hari Sabtu, tanggal 1 september 2012 : 20.23 PM).

(Macho Blog. Beberapa Fakta Penting Mengenai Kalsium. http://info-kalsium.blogspot.com. Diakses pada hari Sabtu, tanggal 1 September 2012 : 21.30 PM).

(Astrid Anastasia. Tegaplah Sampai Tua. http://www.preventionindonesia.com/article.php. Diakses pada hari Minggu, tanggal 02 September 2012 : 08.54 AM).

(Anonymous. Pengertian Macam-macam Fungsi Kalsium. http://makalahbiologiku.blogspot.com. Diakses pada hari Senin, tanggal 03 September 2012 : 19.49 PM).           


No comments:

Post a Comment