Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kunyit dapat dimanfaatkan
sebagai indikator boraks. Dari pemanfaatanya kunyit (Curcuma domestica) lebih ramah
lingkungan, praktis serta sangat murah dari segi ekonomis.
Penelitian ini didesain dengan
metode observasi yaitu dengan pengamatan. penelitian ini menggunakan populasi,
sample, tehnik pengambilan data. Larutan boraks yang akan diujikan dengan
indikator alami kunyit dibuat secara bertingkat dengan konsentrasi 1%; 2%; 3%; 4% dan 5%. hasil peneltian menunjukan
perubahan dimana warna busa filter yang semula kuning (busa filter dan ekstrak
kunyit) menjadi berubah berwarna coklat kemerahan Sehingga berdasarkan hal tersebut kunyit
dapat di jadikan indikator boraks dilihat dari perubahan warna yang lebih pekat
dengan ekstraksi menggunakan pelarut methanol.
Kata kunci ; kunyit , indikatror , boraks
1.
Latar Belakang
Di zaman sekarang ini sangat sulit sekali menemukan makanan yang
sehat. Berdasarkan informasi dari media
massa. Makanan yang tersebar di Indonesia terutama fastfood ternyata sebagian besar tercemar boraks.
Boraks adalah bahan kimia yang digunakan
sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan untuk pengontrol kecoa. Boraks
merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan. Dapat dijumpai
dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau
asam borat biasa digunakan
sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan
tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan,
iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal.
Bahan kimia tersebut sangat berguna jika di gunakan
sesuai fungsinya, tetapi sangat berbahaya jika di gunakan sebagai pembuatan
pangan. Alasan para produsen menggunakan boraks
sebagai bahan pengawet makanan adalah karena bahan ini mudah digunakan dan mudah
didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang
tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Boraks merupakan senyawa yang bisa
memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus. Beberapa
contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan
juga daging ayam. Untuk mengetahui adanya kandungan boraks pada makanan,
masyarakat perlu melakukan uji sampel di laboratorium terlebih dahulu dengan
menggunakan bahan kimia, tentunya hal
ini sulit di lakukan oleh masyarakat yang butuh
informasi cepat tentang keberadaan boraks pada makanan yang mereka beli.
Salah
satu solusi dari permasalahan ini adalah
menciptakan suatu indikator boraks yang mudah dan praktis di gunakan
oleh masyarakat. Pembuatan indikator boraks tersebut bisa memanfaatkan tanaman
yang ada di sekitar kita seperti: kunyit, bunga bougenvil dan mirabilis
jalapa, karena itu pada penelitian ini akan di lakukan uji coba tentang
pemanfaatan kunyit sebagai bahan dasar ndikator makanan yang mengandung boraks.
Sehingga dari informasi ini mendorong penelitian untuk membuat indikator dari
bahan dasar kunyit sebagai salah satu bahan alam yang benyak terdapat di
masyarakat adalah dari pemanfaatan kunyit sebagai indikator alam keuntungannya
dibandingkan indikator kimia, kunyit lebih ramah lingkungan, praktis serta
sangat murah dari segi ekonomis. Tujuan penelitian nya adalah untuk mengetahui
apakah kunyit bisa dijadikan bahan dasar indikator boraks.
2.
Metode penelitian
Penelitian ini didesain dengan metode observasi yaitu penelitian
menggunakan populasi, sample, tehnik pengambilan data. pada tanggal 20 oktober
2012 sampai 10 November 2012 dilaboratorium biologi SMA lazuardi.
Pada
penelitian ini di butuhkan bahan dan alat sebagai berikut :
Bahan:
a.
Kunyit (Curcuma domestica)
b.
larutan boraks
c.
Air murni (aquadest)
d.
Methanol
e.
Busa filter
Alat
:
a.
Timbangan
b.
Beker glass
c.
Kain saringan
d.
Pengaduk
e.
pemarut
f.
pipet tetes
-
Prosedur penelitian
A.
Pembuatan indikator bahan dasar kunyit :
· Kunyit
disiapkan sekitar 10 buah kunyit dan telah di beli di pasar depok
· Setelah
itu kunyit dikupas sampai semua nya terkelupas
· Setelah
itu, timbang kunyit hingga 30gr
· Kunyit
dicampur 100ml methanol yang telah tersedia di SMA lazuardi
· Setelah dicampur kunyit diaduk hingga merata
dan di rendam kurang lebih selama 24 jam
· Kunyit
yang telah redam disaring dengan kain saringan
· Produk dibentuk dengan cara busa indikator
yang akan di masukan ke dalam sedotan
B.
Pembuatan produk dan langkah
penelitian boraks :
·
Busa dicelupkan ke dalam larutan yang sudah di buat tadi dan
diserap oleh larutan
·
Direndam selama kurang lebih 24jam
·
Setelah di temukan sedotan yang cocok di busa itu bisa di masukan
busa ke dalam sedotan
·
larutan boraks yang sudah dibuat terlebih dahulu setelah itu produk
indikator boraks dicelupkan ke dalam larutan boraks
·
perubahan warna diamati dengan seksama..
·
Bisa juga dengan cara masukan cairan kunyit yang telah jadi ke
dalam botol kecil .Lalu larutan boraks siap di teteskan
3.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Larutan boraks yang akan diujikan dengan indikator alami kunyit
dibuat secara bertingkat dengan masing-masing konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%, 4%,
dan 5%. Dari hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut :
Kandungan
larutan boraks
|
Warna awal
|
Warna akhir
|
|
|
|
Larutan boraks 1%
|
kuning
|
Coklat
kemerahan
|
Larutan boraks 2%
|
kuning
|
Coklat
kemerahan
|
Larutan boraks 3%
|
kuning
|
Coklat
kemerahan pekat
|
Larutan boraks 4%
|
kuning
|
Coklat
kemerahan pekat
|
Larutan boraks 5%
|
kuning
|
Coklat
kemerahan lebih pekat
|
-
Pembahasan
Indikator
boraks dibuat dengan menggunakan bahan dasar kunyit. Pertama yang harus
disiapkan adalah kunyit yang sudah terlebih dahulu dikupas, dihaluskan lalu
ditimbang dengan timbangan digital seberat 30 gr. Dengan menggunakan timbangan
digital data yang diperoleh akan lebih valid, karena dalam satuan gram
timbangan digital akan memiliki kesalahan yang lebih kecil daripada neraca
pasar. Timbangan digital adalah alat elektronik untuk menghitung muatan dengan
lebih teliti maka dari itu untuk membuat konsentrasi yang lebih valid, kunyit
harus ditimbang dengan timbangan digital. setelah itu kunyit yang sudah
diekstrak lalu dicampur dengan pelarut
methanol dan langsung diproses maserasi. Proses maserasi adalah
proses perendeman atau melarutkan ekstrak kunyit yang sudah hancur dicampur
dengan larutan methanol dan di rendam kurang lebih selama 24 jam. Proses
maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada
temperatur ruangan. Pembuatan larutan kunyit 30% dilakukan dengan melarutkan
30gr kunyit yang telah dihaluskan dengan 100 ml methanol.
Penggunaan
pelarut methanol sebagai pelarut karena methanol merupakan salah satu pelarut
senyawa organik selain toluene, heksana, eter, klorofrom, dikloretan, etanol
dan air yang biasa dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi.
Proses maserasi sangat menguntungkan
dalam isolasi senyawa bahan alam, karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di
dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Secara umum pelarut metanol
merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik
bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.
(www.Sediaan_Herbal.com)
Setelah proses maserasi dilakukan,
kemudian larutan indikator kunyit yang telah dibuat, dicelupkan kedalamya
beberapa busa filter dan direndam kembali kurang lebih 24 jam. Fungsi
perendaman ini agar larutan kunyit sebagai indikator, terserap ke dalam busa
filter. Perendaman ini dilakukan selama 24 jam agar zat-zat yang ada dalam
kunyit sebagai indikator terutama kurkumin, dalam keadaan stabil atau jenuh dan
terserap ke dalam busa filter. Busa filter yang telah direndam tadi,
dikeringkan di dalam oven dengan suhu ruangan, agar lebih cepat dibandingkan
dengan pengeringan di ruangan, selain itu tidak mengalami oksidasi serta
kontaminasi organisme lain yang mengakibatkan perubahan warna, karena busa
dalam keadaan lembab (berair) yang dapat mempengaruhi bakteri organisme lain
berkembang dengan baik.
Berdasarkan hasil percobaan kunyit
sebagai indikator alami yang diujikan pada larutan boraks dengan konsentrasi
1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% menunjukan hasil perubahan dimana warna busa filter yang
semula kuning (busa filter dan ekstrak kunyit) menjadi berwarna coklat
kemerahan seperti pada lampiran 1-5. Hal ini membuktikan bahwa di dalam
kunyit terdapat senyawa kurkumin yang bereaksi dengan asam borat membentuk
kompleks kelat rosasianin sehingga terjadi perubahan warna menjadi coklat kemerahan tetapi tidak ada
perubahan warna coklat kemerahan yang
dihasilkan pada busa filter yang dicelupkan ke dalam ekstrak kunyit yang semula
berwarna kuning dengan larutan asam klorida (hal ini bisa di jadikan pembanding
saja). Dimana indikator boraks dicelupkan dalam larutan HCl 1M. Kurkumin
merupakan salah satu senyawa yang ada pada kunyit (Curcuma domestica)
yang jika bereaksi dengan asam akan menyebabkan perubahan warna, tetapi senyawa
kurkumin tidak hanya ada pada akar rimpang kunyit, senyawa ini juga ada pada
akar rimpang seperti temulawak dan temu giring. Namun karena kunyit lebih mudah
ditemukan, sehingga dalam penelitian ini rimpang kunyit dipilih.
Perubahan warna kunyit sebagai
indikator boraks, dapat terlihat jelas pada perlakuan indikator boraks yang
ditambahkan larutan boraks 1%, di karenakan senyawa yang terkandung di dalam
kunyit membuktikan kunyit sebagai indikator alami, dapat diujikan pada bahan
makanan yang mengandung boraks lebih besar dari 1% (≥ dari 1%). Sedangkan jika
diujikan pada bahan makanan yang mengandung asam borat kurang dari 1%, boraks
tidak terdeteksi jika menggunakan indikator alami kunyit. Hal ini dikarnakan
konsentrasi boraks kurang dari 1% sedikit bereaksi dengan asam borat, sehingga
perubahan warna yang terjadi tidak terlalu jelas.
Pada
konsentrasi 1% larutan boraks dan indikator boraks terjadi perubahan warna
menjadi coklat kemerahan, Hasil perubahan warna boraks dengan konsentrasi 2%,
3%, 4%, 5% lebih pekat dari konsentrasi 1% karena memang jika konsentrasi
sedikit warna tidak terlalu pekat dan jika konsentrasi lebih banyak pasti warna
lebih pekat. Ternyata kunyit
mampu berfungsi sebagai indikator karena terjadinya perubahan warna dari kuning
muda coklat menjadi coklat kemerahan pada pH sekitar 4,5 – 9,9 (Harjanti, 2006). Dari perubahan warna tersebut
membuktikan bahwa kunyit dapat digunakan sebagai indikator asam tetapi dalam
percobaan ini sebagai indikator boraks.
Pembuatan indikator alami
dengan kunyit juga dapat dibuat dalam kemasan yang lebih praktis yaitu tidak
dengan busa filter, melainkan memasukan larutan indikator kunyit kedalam
botol-botol seperti kemasan botol tetes mata. Dengan kemasan yang lebih praktis
dan menarik diharapkan memudahkan masyarakat menggunakan indikator alami kunyit
sebagai indikator adanya boraks dalam makanan yang dapat membahayakan.
Kelebihan penggunaan kunyit sebagai indikator alami
dikarenakan kunyit lebih mudah di temukan daripada akar rimpang lain, dan
tanaman lainnya yang dapat dijadikan indikator boraks yang sama-sama mengandung
kurkumin. Dalam penggunaan kunyit sebagai indikator, didapatkan zat aktif lebih
banyak dibandingkan dengan ekstrak indikator alam lainnya (seperti bunga
bugenvil). Namun dalam konsentrasi kunyit dengan jumlah yang sedikit tidak akan
terlihat perubahan warna yang signifikan, karena dianggap kandungan
kurkumin di dalam ekstrak kunyit relatif sedikit sehingga tidak terbentuk warna
coklat kemerahan seperti yang diharapkan.
4.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari penelitian ini adalah kunyit (Curucma
domestica) dapat di jadikan indikator boraks dilihat dari perubahan warna
yang lebih pekat.
5.
Saran
1.
Untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan bahan-bahan alami lain
seperti temulawak dan temugiring yang
memiliki senyawa kurkumin sama seperti kunyit.
2.
Perlu adanya uji kuantitatif (kurkumin) dari ekstrak kunyit sebelum
di ujikan ke dalam larutan boraks sehingga diperoleh konsentrasi yang tepat
|
Daftar pustaka
Harjanti, R.T, 2006. Pengaruh Pemberian Tepung
Kedelai Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih. Skripsi.Semarang :
Fakultas MIPA, Universitas Negri Semarang.
Nasution,
A, 2009. Analisis kandungan boraks pada lontong di kelurahan padang bulan kota
medan. Fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara.
Susanti,
D.R, 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma Xanthorrhza
Roxb.) pada gambaran Histopatologi Ginjal Ayam Petelur. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Tilaar,
M. et al, 2010. The Green Science of Jamu. Dian Rakyat. Jakarta.
No comments:
Post a Comment