Friday, 16 May 2014

PEMANFAATAN KUNYIT (Curcuma domestica) SEBAGAI BAHAN DASAR INDIKATOR BORAKS

Abstrak
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kunyit dapat dimanfaatkan sebagai indikator boraks. Dari pemanfaatanya kunyit (Curcuma domestica) lebih ramah lingkungan, praktis serta sangat murah dari segi ekonomis.
            Penelitian ini didesain dengan metode observasi yaitu dengan pengamatan. penelitian ini menggunakan populasi, sample, tehnik pengambilan data. Larutan boraks yang akan diujikan dengan indikator alami kunyit dibuat secara bertingkat dengan konsentrasi 1%;  2%; 3%; 4% dan 5%. hasil peneltian menunjukan perubahan dimana warna busa filter yang semula kuning (busa filter dan ekstrak kunyit) menjadi berubah berwarna coklat kemerahan  Sehingga berdasarkan hal tersebut kunyit dapat di jadikan indikator boraks dilihat dari perubahan warna yang lebih pekat dengan ekstraksi menggunakan pelarut methanol.

Kata kunci ; kunyit , indikatror , boraks


1.      Latar Belakang
Di zaman sekarang ini  sangat sulit sekali menemukan makanan yang sehat. Berdasarkan  informasi dari media massa. Makanan yang tersebar di Indonesia terutama  fastfood  ternyata sebagian besar tercemar boraks. Boraks adalah bahan  kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan untuk pengontrol  kecoa. Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan  mengurangi kesadahan air. Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal.
                        Bahan  kimia tersebut sangat berguna jika di gunakan sesuai fungsinya, tetapi sangat berbahaya jika di gunakan sebagai pembuatan pangan. Alasan para produsen menggunakan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks  adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam. Untuk mengetahui adanya kandungan boraks pada makanan, masyarakat perlu melakukan uji sampel di laboratorium terlebih dahulu dengan menggunakan bahan  kimia, tentunya hal ini sulit di lakukan oleh masyarakat yang butuh  informasi cepat tentang keberadaan boraks  pada makanan yang mereka beli.
                        Salah satu solusi dari permasalahan ini adalah  menciptakan suatu indikator boraks yang mudah dan praktis di gunakan oleh masyarakat. Pembuatan indikator boraks tersebut bisa memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar kita seperti: kunyit, bunga bougenvil dan mirabilis jalapa, karena itu pada penelitian ini akan di lakukan uji coba tentang pemanfaatan kunyit sebagai bahan dasar ndikator makanan yang mengandung boraks. Sehingga dari informasi ini mendorong penelitian untuk membuat indikator dari bahan dasar kunyit sebagai salah satu bahan alam yang benyak terdapat di masyarakat adalah dari pemanfaatan kunyit sebagai indikator alam keuntungannya dibandingkan indikator kimia, kunyit lebih ramah lingkungan, praktis serta sangat murah dari segi ekonomis. Tujuan penelitian nya adalah untuk mengetahui apakah kunyit bisa dijadikan bahan dasar indikator boraks.

2.      Metode penelitian
Penelitian ini didesain dengan metode observasi yaitu penelitian menggunakan populasi, sample, tehnik pengambilan data. pada tanggal 20 oktober 2012 sampai 10 November 2012 dilaboratorium biologi SMA lazuardi.
Pada penelitian ini di butuhkan bahan dan alat sebagai berikut :

Bahan:
a.       Kunyit (Curcuma domestica)
b.      larutan boraks
c.       Air murni (aquadest)
d.      Methanol
e.       Busa filter

Alat :
a.       Timbangan
b.      Beker glass
c.       Kain saringan
d.      Pengaduk
e.       pemarut
f.       pipet tetes

-          Prosedur penelitian
A.    Pembuatan indikator bahan dasar kunyit :
·   Kunyit disiapkan sekitar 10 buah kunyit dan telah di beli di pasar depok
·   Setelah itu kunyit dikupas sampai semua nya terkelupas
·   Setelah itu, timbang kunyit hingga 30gr
·   Kunyit dicampur 100ml methanol yang telah tersedia di SMA lazuardi
·    Setelah dicampur kunyit diaduk hingga merata dan di rendam kurang lebih selama 24 jam
·   Kunyit yang telah redam disaring dengan kain saringan
·    Produk dibentuk dengan cara busa indikator yang akan di masukan ke dalam sedotan


B.                 Pembuatan produk dan langkah penelitian boraks :
·         Busa dicelupkan ke dalam larutan yang sudah di buat tadi dan diserap oleh larutan
·         Direndam selama kurang lebih 24jam
·         Setelah di temukan sedotan yang cocok di busa itu bisa di masukan busa ke dalam sedotan
·         larutan boraks yang sudah dibuat terlebih dahulu setelah itu produk indikator boraks dicelupkan ke dalam larutan boraks
·         perubahan warna diamati dengan seksama..
·         Bisa juga dengan cara masukan cairan kunyit yang telah jadi ke dalam botol kecil .Lalu larutan boraks siap di teteskan

3.      Hasil Penelitian dan Pembahasan
Larutan boraks yang akan diujikan dengan indikator alami kunyit dibuat secara bertingkat dengan masing-masing konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. Dari hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut :

Kandungan larutan boraks
Warna awal
Warna akhir


Larutan boraks  1%
kuning
Coklat kemerahan
Larutan boraks  2%
kuning
Coklat kemerahan
Larutan boraks  3%
kuning
Coklat kemerahan pekat
Larutan boraks  4%
kuning
Coklat kemerahan pekat
Larutan boraks  5%
kuning
Coklat kemerahan lebih pekat





-          Pembahasan
Indikator boraks dibuat dengan menggunakan bahan dasar kunyit. Pertama yang harus disiapkan adalah kunyit yang sudah terlebih dahulu dikupas, dihaluskan lalu ditimbang dengan timbangan digital seberat 30 gr. Dengan menggunakan timbangan digital data yang diperoleh akan lebih valid, karena dalam satuan gram timbangan digital akan memiliki kesalahan yang lebih kecil daripada neraca pasar. Timbangan digital adalah alat elektronik untuk menghitung muatan dengan lebih teliti maka dari itu untuk membuat konsentrasi yang lebih valid, kunyit harus ditimbang dengan timbangan digital. setelah itu kunyit yang sudah diekstrak  lalu dicampur dengan pelarut methanol dan langsung diproses maserasi. Proses maserasi adalah proses perendeman atau melarutkan ekstrak kunyit yang sudah hancur dicampur dengan larutan methanol dan di rendam kurang lebih selama 24 jam. Proses maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada temperatur ruangan. Pembuatan larutan kunyit 30% dilakukan dengan melarutkan 30gr kunyit yang telah dihaluskan dengan 100 ml methanol.
Penggunaan pelarut methanol sebagai pelarut karena methanol merupakan salah satu pelarut senyawa organik selain toluene, heksana, eter, klorofrom, dikloretan, etanol dan air yang biasa dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi.
 Proses maserasi sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam, karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. (www.Sediaan_Herbal.com)
            Setelah proses maserasi dilakukan, kemudian larutan indikator kunyit yang telah dibuat, dicelupkan kedalamya beberapa busa filter dan direndam kembali kurang lebih 24 jam. Fungsi perendaman ini agar larutan kunyit sebagai indikator, terserap ke dalam busa filter. Perendaman ini dilakukan selama 24 jam agar zat-zat yang ada dalam kunyit sebagai indikator terutama kurkumin, dalam keadaan stabil atau jenuh dan terserap ke dalam busa filter. Busa filter yang telah direndam tadi, dikeringkan di dalam oven dengan suhu ruangan, agar lebih cepat dibandingkan dengan pengeringan di ruangan, selain itu tidak mengalami oksidasi serta kontaminasi organisme lain yang mengakibatkan perubahan warna, karena busa dalam keadaan lembab (berair) yang dapat mempengaruhi bakteri organisme lain berkembang dengan baik. 
            Berdasarkan hasil percobaan kunyit sebagai indikator alami yang diujikan pada larutan boraks dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% menunjukan hasil perubahan dimana warna busa filter yang semula kuning (busa filter dan ekstrak kunyit) menjadi berwarna coklat kemerahan ­­­­seperti pada lampiran 1-5. Hal ini membuktikan bahwa di dalam kunyit terdapat senyawa kurkumin yang bereaksi dengan asam borat membentuk kompleks kelat rosasianin sehingga terjadi perubahan warna  menjadi coklat kemerahan tetapi tidak ada perubahan warna  coklat kemerahan yang dihasilkan pada busa filter yang dicelupkan ke dalam ekstrak kunyit yang semula berwarna kuning dengan larutan asam klorida (hal ini bisa di jadikan pembanding saja). Dimana indikator boraks dicelupkan dalam larutan HCl 1M. Kurkumin merupakan salah satu senyawa yang ada pada kunyit (Curcuma domestica) yang jika bereaksi dengan asam akan menyebabkan perubahan warna, tetapi senyawa kurkumin tidak hanya ada pada akar rimpang kunyit, senyawa ini juga ada pada akar rimpang seperti temulawak dan temu giring. Namun karena kunyit lebih mudah ditemukan, sehingga dalam penelitian ini rimpang kunyit dipilih.
            Perubahan warna kunyit sebagai indikator boraks, dapat terlihat jelas pada perlakuan indikator boraks yang ditambahkan larutan boraks 1%, di karenakan senyawa yang terkandung di dalam kunyit membuktikan kunyit sebagai indikator alami, dapat diujikan pada bahan makanan yang mengandung boraks lebih besar dari 1% (≥ dari 1%). Sedangkan jika diujikan pada bahan makanan yang mengandung asam borat kurang dari 1%, boraks tidak terdeteksi jika menggunakan indikator alami kunyit. Hal ini dikarnakan konsentrasi boraks kurang dari 1% sedikit bereaksi dengan asam borat, sehingga perubahan warna yang terjadi tidak terlalu jelas.
Pada konsentrasi 1% larutan boraks dan indikator boraks terjadi perubahan warna menjadi coklat kemerahan, Hasil perubahan warna boraks dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5% lebih pekat dari konsentrasi 1% karena memang jika konsentrasi sedikit warna tidak terlalu pekat dan jika konsentrasi lebih banyak pasti warna lebih pekat. Ternyata kunyit mampu berfungsi sebagai indikator karena terjadinya perubahan warna dari kuning muda coklat menjadi coklat kemerahan pada pH sekitar 4,5 – 9,9 (Harjanti, 2006). Dari perubahan warna tersebut membuktikan bahwa kunyit dapat digunakan sebagai indikator asam tetapi dalam percobaan ini sebagai indikator boraks.
Pembuatan indikator alami dengan kunyit juga dapat dibuat dalam kemasan yang lebih praktis yaitu tidak dengan busa filter, melainkan memasukan larutan indikator kunyit kedalam botol-botol seperti kemasan botol tetes mata. Dengan kemasan yang lebih praktis dan menarik diharapkan memudahkan masyarakat menggunakan indikator alami kunyit sebagai indikator adanya boraks dalam makanan yang dapat membahayakan.
            Kelebihan penggunaan kunyit sebagai indikator alami dikarenakan kunyit lebih mudah di temukan daripada akar rimpang lain, dan tanaman lainnya yang dapat dijadikan indikator boraks yang sama-sama mengandung kurkumin. Dalam penggunaan kunyit sebagai indikator, didapatkan zat aktif lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak indikator alam lainnya (seperti bunga bugenvil). Namun dalam konsentrasi kunyit dengan jumlah yang sedikit tidak akan terlihat perubahan warna yang signifikan, karena dianggap kandungan kurkumin di dalam ekstrak kunyit relatif sedikit sehingga tidak terbentuk warna coklat kemerahan seperti yang diharapkan.
           
4.      Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini  adalah kunyit (Curucma domestica) dapat di jadikan indikator boraks dilihat dari perubahan warna yang lebih pekat.

5.      Saran

1.      Untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan bahan-bahan alami lain seperti  temulawak dan temugiring yang memiliki senyawa kurkumin sama seperti kunyit.
2.      Perlu adanya uji kuantitatif (kurkumin) dari ekstrak kunyit sebelum di ujikan ke dalam larutan boraks sehingga diperoleh konsentrasi yang tepat

  

 
      Daftar pustaka
Harjanti, R.T, 2006. Pengaruh Pemberian Tepung Kedelai Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih. Skripsi.Semarang : Fakultas MIPA, Universitas Negri Semarang.
Nasution, A, 2009. Analisis kandungan boraks pada lontong di kelurahan padang bulan kota medan. Fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara.
Susanti, D.R, 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma Xanthorrhza Roxb.) pada gambaran Histopatologi Ginjal Ayam Petelur. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Tilaar, M. et al, 2010. The Green Science of Jamu. Dian Rakyat. Jakarta.




No comments:

Post a Comment