Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk memecahkan pesan religius dan mencari tahu makna religius
puisi Chairil Anwar melalui kata perkata sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Penelitian
ini dilaksanakan sejak tanggal 4 Oktober 2012 di SMA Lazuardi GIS. Penelitian
ini menggunakan metode observasi (pengamatan) dengan mengambil 25 puisi secara
acak lalu dipilih 15 puisi yang benar-benar mengandung nilai religiusitasnya.
Setelah itu dikumpulkan dan dimuat dengan menggunakan tabel kemudian diartikan
makna religiusitasnya berdasarkan hadist dan Al Qur’an sebagai pedoman
interpretasi.
Kata Kunci: Puisi, Religius, Makna, Chairil Anwar
1.
Pendahuluan
Indonesia adalah
negara yang sangat besar, di mana di dalamnya terdapat macam–macam budaya yang
bervariasi. Negara ini pun menjadi salah satu kekuatan besar dunia, khususnya
di bidang seni dan kesastraan. Dalam kedua hal tersebut, Indonesia sudah dapat
berbicara banyak di mata dunia, khususnya pada bidang puisi. Puisi merupakan
suatu fenomena bahasa yang mana dalam puisi, seseorang dapat mencurahkan segala
hal yang ada di hatinya dalam bentuk sebuah karya.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih
dan ditata secara cermat, sehingga mempertajam
kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan
khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Hal ini
pun dapat diartikan sebagai sebuah karya singkat untuk menuangkan apa yang ada dalam pikiran,hati dan
jiwa seseorang. Dikatakan singkat karena puisi adalah bentuk karya satra
yang paling pendek jika dibandingkan cerpen atau novel.
Kelebihan puisi
yang bersumber pada imajinasi terletak pada kemampuannya tidak hanya menjadi
model identifikasi, tetapi bagaimana mendorong kita membuat konstruksi mengenai
“aku” lebih luas dari kerangka model-model psikologi puisi tak lepas dari seni rangkai kata yang
penuh makna. Penyair mengolah kata sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah
puisi.
|
Alasan penulis
memilih sosok Chairil anwar adalah karena penulis ingin memecahkan makna
religius yang tersimpan dalam puisi – puisi karya Chairil Anwar dan
merepresentasikannya dalam dunia nyata agar semua orang mulai dapat memahami
arti sebuah puisi.
2.
Instrumentasi
Alat:
a) Buku
Karena tokoh dari penulis puisi ini sudah terkenal,
maka tidak sulit bagi kami untuk mencari sumber buku yang berisi kumpulan
syairnya. Adapun buku yang kami ambil dalam penelitian ini berjudul Aku
Binatang Jalang.
Dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa dimana sang penyair yaitu Chairil
Anwar mengeluarkan berbagai isi hati nya di dalam buku tersebut.
b) Pendapat dari narasumber
Kesuksesan suatu maha karya, baik puisi, lagu, cerita, serta karya
lainnya tidak luput dari penilaian narasumber yang handal dalam bidangnya.
Komentar dari narasumber yang membangun bisa membuat penulis menjadi lebih baik
lagi serta membuat orang tergerak untuk membacanya. Chairil Anwar adalah
seorang penyair yang menuliskan apa saja yang ditemukannya dan dihadapinya dalam
pencarian itu, sebagaimana perkataan Sastrowardoyo
dalam Ginting (2007), bahwa
pengarang seperti Chairil Anwar, Sitor Situmorang, Ajip Rosidi, dan
Goenawan Mohammad terombang-ambing di
antara dua kutub, kebudayaan daerah dan kota, tradisi dan modern, Timur dan
Barat (religi). Di sini dijelaskan bahwa tidak menggunakan narasumber dari
pihak terkait.
1.
3.
Hasil penelitian
No.
|
Kalimat
|
Judul
|
1.
|
“Bahaya dari tiap sudut.
Mendekat juga
Dalam ketakutan menanti
ia menyebut satu nama”
|
Sendiri
|
2.
|
“Ya Allah! Badanku
terbakar-segala samar
Aku sudah melewati batas
kembali? Pintu tertutup
dengan keras”
|
Suara Malam
|
3.
|
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
|
Aku(Versi DCD)
|
4.
|
Orang menyebut satu nama
jaya
Mengingat kerjanya dari
jasa
|
Hukum
|
5.
|
Jiwa bertanya: Dari buah
Hidup kan banyakan jatuh
ke tanah
Menyelubung nyesak
penyesalan pernah menyia-nyia
|
Kenangan
|
6.
|
Ku lari dari gedong lebar
halaman
Aku tersesat tak dapat
jalan
Kemah ku dirikan ketika
senjakala
Dipagi terbang entah
kemana
|
Rumahku
|
7.
|
Seterusnya Ia
bernyala-nyala dalam dada
Segala daya memadamkannya
Ini ruang
Gelanggang kami berperang
|
Di Mesjid
|
8.
|
Tuaknya tua , sedikit
pula
Sedang kita mau
berkendi-kendi
Terus , terus dulu....!!
|
Jangan Kita Di sini
|
9.
|
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMU
Biar susah sungguh
Mengingat kan penuh
seluruh
|
Doa
|
10.
|
Ibuku tertidur dalam
tersedu,
Keramaian penjara sepi
selalu,
Bapakku sendiri terbaring
jemu
Matanya menatap orang
tersalib dibatu
|
Sebuah Kamar
|
11.
|
Dan tangan ‘kan kaku,
menulis berhenti,
Kecemasan derita,
kecemasan bermimpi;
Berilah aku tempat
dimenara tinggi
Dimana kau sendiri
meninggi
|
Kepada Pelukis Affandi
|
12.
|
Ada tanganku, sekali akan
dijemu terkulai
Mainan tjahja di air
hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara jang kutjintai
‘kan berhenti membelai
Kupahat batu nissan
sendiri dan kupagut
|
Catetan TH.1946
|
13.
|
Sebelum ajal mendekat dan
mengkhianat
Mencekam dari belakang
‘tika kita tidak melihat,
Selama masih
menggelombang dalam dada darah serta rasa
|
Kepada Kawan
|
14.
|
“Bukan kematian benar
menusuk kalbu”
|
Nissan
|
15.
|
Baik,baik aku akan
menghadap Dia
Menyerahkan diri dari
segala dosa
Tapi jangan tentang lagi
aku
|
Kepada Peminta-minta
|
Dari puisi
(Tabel 2 nomor 1) disebutkan “Bahaya
dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam
ketakutan menanti ia menyebut satu nama bermakna bahwa dalam kehidupannya
sering mengalami sebuah kejadian atau pun bahaya dari lingkungannya, tetapi
dalam pikirannya ia hanya mengingat Tuhan yang percaya akan menjaganya.
Berdasarkan Qur’an yang berbunyi الْمُحْسِنِييُحِبُّاللَّهَإِنَّوَأَحْسِنُوا التَّهْلُكَةِإِلَىبِأَيْدِيكُمْتُلْقُواوَلَا سَبِيلِفِي
وَأَنْفِقُوا (QS. Al Baqarah: 195).
Dari puisi
(Tabel 2 nomor 2) disebutkan “Ya Allah!
Badanku terbakar segala samar. Aku sudah melewati batas. Kembali? Pintu
tertutup dengan keras bermakna bahwa masa hidup seseorang yang
dijalaninya selalu melakukan perbuatan yang salah bahkan sudah melewati batas,
sehingga sampai pada akhirnya tiba ia sudah telat untuk meminta ampun atas
segala perbuatannya. Sampai pintu maaf yang diberikan sudah tertutup.
Berdasarkan hadist yang berbunyi “Tiadalah
seorang Muslim itu menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan
hati) hingga tertusuk duri melainkan semua itu akan menjadi penebus kesalahan-
(Bukhari-muslim).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 3) disebutkan Aku ini binatang jalang. Dari kumpulannya
terbuang bermakna bahwa seseorang yang menganggap dirinya sendiri seorang
yang penuh dengan kesalahan yang sangat banyak dan hanya cocok untuk bergaul
dengan seseorang yang sama sepertinya. Berdasarkan Qur’an
yang berbunyi "Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui." (QS. Ar-Ruum: 30).
Dari
puisi (Tabel 2 nomor 4) disebutkan Aku
ini binatang jalang. Orang menyebut
satu nama jaya. Mengingat kerjanya dari jasa bermakna bahwa seseorang yang
selalu mengingat Tuhannya karena Ia yang selalu memberikan kenikmatan kepadanya
, contohnya rezeki yang ia dapatkan. Berdasarkan hadist yang berbunyi ,”Makanan seseorang yang paling baik adalah
hasil jerih payah sendiri,”( Al Migdad RA).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 5) disebutkan Jiwa bertanya: Dari buah. Hidup kan
banyakan jatuh ke tanah. Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia bermakna
bahwa seseorang yang selalu bertanya kepada dirinya sendiri yang diibaratkan
dengan “buah”, ia bertanya apakah hidup akan selalu berada pada kesusahan? Dan
pada akhirnya akan merasakan sebuah penyesalan yang menusuk hati karena,
menyia-nyiakan hidupnya dengan begitu saja. Berdasarkan Qur’an
yang berbunyi Allah bertanya: “Berapa
tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di
bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang
menghitung. Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar
saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui(Al-Mu’minuun [23]
: 112-114).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 6) disebutkan Ku lari dari
gedong lebar halaman. Aku tersesat tak dapat jalan. Kemah ku dirikan ketika senjakala. Dipagi terbang entah kemana bermakna bahwa seseorang yang ingin mencari sebuah kebebasan di luar sana
tetapi, ia tidak berfikir bahwa pergi tanpa tujuan dan perhitungan akan tersesat
nantinya. Berdasarkan hadist yang berbunyi
“Dan siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta.”( Qs. Thaha [20] :
124).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 7) disebutkan Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada.
Segala daya memadamkannya. Ini ruang. Gelanggang kami berperang
bermakna bahwa Tuhan selalu berada di dalam diri kita selalu menjaga kita
tetapi, terkadang kita yang selalu “menolaknya” dan mencoba melawannya.
Berdasarkan Qur’an yang berbunyi“Dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan
mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan
yang lurus.” (QS Al-Ma’idah:
[5]:77).
Dari
puisi (Tabel 2 nomor 8)
disebutkan Jangan kita disini berhenti.
Tuaknya tua , sedikit pula. Sedang kita mau berkendi-kendi. Terus , terus
dulu....!! bermakna bahwa janganlah berdiri untuk diam dan termengu karena
dosa yang dimiliki, karena tdak ada manfaatnya sama sekali. Berdasarkan hadist
yang berbunyi Siapa yang ingin
mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana
kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam
kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya (HR. Al Hakim).
Dari
puisi (Tabel 2 nomor 9)
disebutkan Tuhanku. Dalam termangu. Aku
masih menyebut namaMU. Biar susah sungguh. Mengingat kan penuh seluruh bermakna
bahwa dimana seseorang ketika ia dalam keadaan susah ia selalu menyebut atau
mengingat satu nama Tuhannya yaitu Allah dengan penuh rasa suka cita.
Berdasarkan hadist yang berbunyi“Kenalilah Allah disaat lapang, niscaya Allah akan mengenalimu
disaat sempit.”
(HR. at Tirmidzi).
Dari
puisi (Tabel 2 nomor
10) disebutkan Ibuku tertidur dalam
tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu. Matanya
menatap orang tersalib dibatu bermakna bahwa ketika seseorang merasa
kesepian di dalam sebuah ruangan yang dimana ruangan itu hanya terisi oleh nya
dan orang-orang yang hanya bisa ia lihat dari dalam ruangan dengan penuh
perasaan. Berdasarkan hadist yang berbunyi Bagi orang yang ahli (terbiasa)
mengucapkan kalimah Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah) tiada
perasaan terasing baginya sewaktu ia mati, dan tiada pula sewaktu ia didalam
kubur, serta tiada pula sewaktu ia dibangkitkan hidup kembali. Seakan-akan aku
melihat mereka ketika dibangkitkan hidup kembali sedang mengibaskan tanah dari
kepalanya seraya mengucapkan : "Segala puji bagi Allah yang telah
melenyapkan kesedihan dari kami". (Riwayat Thabrani melalui Ibnu Umar r.a)
Dari
puisi (Tabel 2 nomor
11) disebutkan Dan tangan ‘kan kaku,
menulis berhenti,
Kecemasan
derita, kecemasan bermimpi; Berilah aku tempat dimenara tinggi. Dimana kau
sendiri meninggi bermakna bahwa ketika sebuah usaha yang dilakukan
ternyata hanya sia-sia, sehingga hanya tinggal sebuah kecemasan karena
kesia-siannya itu. Dan selalu berharap selalu yang terbaik. Berdasarkan Qur’an
yang berbunyi “Demi masa,
sesungguhnya manusia itu benar berada dalam kerugian, Kecuali orang orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati dengan kebenaran dan
kesabaran”
(Al ‘Ashr: 13).
Dari
puisi (Tabel 2 nomor
12) disebutkan Ada tanganku, sekali akan
dijemu terkulai. Mainan tjahja di air hilang bentuk dalam kabut, Dan suara jang
kutjintai ‘kan berhenti membelai. Kupahat batu nissan sendiri dan kupagut bermakna bahwa seseorang yang kehilangan
seseorang yang dicintainya, dimana banyak kenangan yang dilalui bersama
sehingga ia sulit untuk melepaskan kepergiannya. Berdasarkan Qur’an yang
berbunyi الصَّابِرِينَوَبَشِّرِوَالثَّمَرَاتِوَالأنفُسِلأَمَوَالِمِّنَوَنَقْصٍوَالْجُوعِالْخَوفْمِّنَبِشَيْءٍنَّكُمْوَلَنَبْلُوَ"Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". (QS Al-Baqoroh : 155)
"(Dan
jiwa) yaitu dengan perginya orang-orang yang dicintai, baik
anak-anak, kerabat, maupun sahabat" (Taisiir
Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 155).
Dari puisi (Tabel 2
nomor 13) disebutkan Sebelum
ajal mendekat dan mengkhianat. Mencekam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa bermakna bahwa ajal
itu datang nya tiba-tiba dan tidak ada yang mengetahui kapan itu terjadi,
bahkan bagaimana datangnya pun tidak ada yang mengetahuinya. Itu semua berlaku
untuk semua yang hidup. Berdasarkan hadist yang berbunyi "Sesungguhnya
di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . akan banyak
kematian mendadak." (HR.
Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no.
5899).
Dari
puisi (Tabel 2 nomor 14) disebutkan “Bukan kematian benar menusuk kalbu bermakna bahwa jadi dimana ada kematian pasti di sana ada
sebuah kesedihan yang mendalam. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون. الذين آمنوا
وكانوا يتقون.لهم البشرى في الحياة الدنيا وفي الآخرة لا تبديل لكلمات الله ذلك هو
الفوز العظيم)). يونس “ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah
itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. “( Qs Yunus : 62-63 ).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 15) disebutkan Baik,baik aku akan menghadap Dia. Menyerahkan
diri dari segala dosa. Tapi jangan tentang lagi aku. Nanti darahku jadi beku
bermakna bahwa pada saatnya nanti kita semua akan menghadap Tuhan, dimana di
hadapannya kita akan mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita selama di
dunia. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi ”Dan
sesungguhnya mereka akan memikul beban mereka, dan beban-beban disamping
beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari
kiamat tentang apa yang telah mereka ada-adakan.” (Al-Ankabut: 13)
Kesimpulan
Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah salah satu buku puisi karya atau ciptaan Chairil Anwar.
Penelitian ini masih bersifat sementara karena keterbatasan waktu sehingga
belum maksimal. Penelitian dilakukan sejak tanggal 4 Oktober 2012 bertempat di
SMA Lazuardi GIS.
Disini diambil 15 puisi dari 25 puisi
yang di ambil secara acak yang di mana mengandung makna religiusitasnya.
Mengartikan makna religiusitas melalui hadist dan Al Qur’an sebagai pedoman
Interpretasi.
Dari 15 puisi yang diambil secara acak
ditemukan makna religiusitas, dan bisa jadi masih terdapat makna religiusitas
di puisi yang lain dan belum tertulis di sini.
4.
Dafar pustaka
Al
Qur’annul karim,1409 H,Al Jumuriatul Islamiah fil Iran,CV mujadid,Jakarta
Anwar,Chairil,Mei
2012,”Aku Binatang Jalang”,Gramedia
Pustaka Utama,.
Al-Nawawi,Imam,1994,Mutiara
Riyadhushshalihin,PT Mizan Pustaka
Departemen
Agama RI,2000,Al Qur’an dan terjemahannya,CV penerbit Diponegoroklk
Departemen
Agama RI,2004,Al Qur’an dan
terjemahannya,J-Art
http://moeflich.wordpress.com/2010/11/14/indikasi-keyakinan-tentang-adanya-kehidupan-akhirat/
No comments:
Post a Comment