Friday, 16 May 2014

MEMECAHKAN MAKNA RELIGIUS PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan pesan religius dan mencari tahu makna religius puisi Chairil Anwar melalui kata perkata sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 4 Oktober 2012 di SMA Lazuardi GIS. Penelitian ini menggunakan metode observasi (pengamatan) dengan mengambil 25 puisi secara acak lalu dipilih 15 puisi yang benar-benar mengandung nilai religiusitasnya. Setelah itu dikumpulkan dan dimuat dengan menggunakan tabel kemudian diartikan makna religiusitasnya berdasarkan hadist dan Al Qur’an sebagai pedoman interpretasi.
Kata Kunci: Puisi, Religius, Makna, Chairil Anwar



1.   Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang sangat besar, di mana di dalamnya terdapat macam–macam budaya yang bervariasi. Negara ini pun menjadi salah satu kekuatan besar dunia, khususnya di bidang seni dan kesastraan. Dalam kedua hal tersebut, Indonesia sudah dapat berbicara banyak di mata dunia, khususnya pada bidang puisi. Puisi merupakan suatu fenomena bahasa yang mana dalam puisi, seseorang dapat mencurahkan segala hal yang ada di hatinya dalam bentuk sebuah karya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat, sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Hal ini pun dapat diartikan sebagai sebuah karya singkat untuk menuangkan apa yang ada dalam pikiran,hati dan jiwa seseorang. Dikatakan singkat karena puisi adalah bentuk karya satra yang paling pendek jika dibandingkan cerpen atau novel.
Kelebihan puisi yang bersumber pada imajinasi terletak pada kemampuannya tidak hanya menjadi model identifikasi, tetapi bagaimana mendorong kita membuat konstruksi mengenai “aku” lebih luas dari kerangka model-model psikologi  puisi tak lepas dari seni rangkai kata yang penuh makna. Penyair mengolah kata sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah puisi.

Jika kita berbicara tentang dunia kesastraan, khususnya dalam bidang puisi, pasti nama seorang Chairil Anwar sangatlah melegenda dan melekat dalam hati masyarakat Indonesia. Karena beliau telah mengubah pandangan masyarakat yang menilaiu bahwa seni itu sulit dan tidak bisa berkembang. Puisi–puisi dari Chairil Anwar mempunyai makna yang sangat mendalam, dimana ia selalu memberikan pesan–pesan religius yang sangat indah dan menusuk hati ketika membacanya, dimana kata – kata indah itu keluar dari ketulusan hati yang dapat membuat orang yang membacanya seperti masuk kedalam puisi tersebut.
Alasan penulis memilih sosok Chairil anwar adalah karena penulis ingin memecahkan makna religius yang tersimpan dalam puisi – puisi karya Chairil Anwar dan merepresentasikannya dalam dunia nyata agar semua orang mulai dapat memahami arti sebuah puisi.
2.      Instrumentasi
Alat:
a)      Buku
Karena tokoh dari penulis puisi ini sudah terkenal, maka tidak sulit bagi kami untuk mencari sumber buku yang berisi kumpulan syairnya. Adapun buku yang kami ambil dalam penelitian ini berjudul Aku Binatang Jalang.
Dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa dimana sang penyair yaitu Chairil Anwar mengeluarkan berbagai isi hati nya di dalam buku tersebut.
b)      Pendapat dari narasumber
Kesuksesan suatu maha karya, baik puisi, lagu, cerita, serta karya lainnya tidak luput dari penilaian narasumber yang handal dalam bidangnya. Komentar dari narasumber yang membangun bisa membuat penulis menjadi lebih baik lagi serta membuat orang tergerak untuk membacanya. Chairil Anwar adalah seorang penyair yang menuliskan apa saja yang ditemukannya dan dihadapinya dalam pencarian itu, sebagaimana perkataan Sastrowardoyo dalam Ginting (2007), bahwa  pengarang seperti Chairil Anwar, Sitor Situmorang, Ajip Rosidi, dan Goenawan  Mohammad terombang-ambing di antara dua kutub, kebudayaan daerah dan kota, tradisi dan modern, Timur dan Barat (religi). Di sini dijelaskan bahwa tidak menggunakan narasumber dari pihak terkait.
1.       

3.      Hasil penelitian

No.
Kalimat
Judul
1.
“Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan menanti ia menyebut satu nama”
Sendiri
2.
“Ya Allah! Badanku terbakar-segala samar
Aku sudah melewati batas
kembali? Pintu tertutup dengan keras”
Suara Malam
3.
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Aku(Versi DCD)
4.
Orang menyebut satu nama jaya
Mengingat kerjanya dari jasa
Hukum
5.
Jiwa bertanya: Dari buah
Hidup kan banyakan jatuh ke tanah
Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia
Kenangan
6.
Ku lari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan

Kemah ku dirikan ketika senjakala
Dipagi terbang entah kemana
Rumahku
7.
Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada
Segala daya memadamkannya
Ini ruang
Gelanggang kami berperang
Di Mesjid
8.
 Jangan kita disini berhenti
Tuaknya tua , sedikit pula
Sedang kita mau berkendi-kendi
Terus , terus dulu....!!

Jangan Kita Di sini
9.
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMU
Biar susah sungguh
Mengingat kan penuh seluruh
Doa
10.
Ibuku tertidur dalam tersedu,
Keramaian penjara sepi selalu,
Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib dibatu
Sebuah Kamar
11.
Dan tangan ‘kan kaku, menulis berhenti,
Kecemasan derita, kecemasan bermimpi;
Berilah aku tempat dimenara tinggi
Dimana kau sendiri meninggi
Kepada Pelukis Affandi
12.
Ada tanganku, sekali akan dijemu terkulai
Mainan tjahja di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara jang kutjintai ‘kan berhenti membelai
Kupahat batu nissan sendiri dan kupagut
Catetan TH.1946
13.
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat
Mencekam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa
Kepada Kawan
14.
“Bukan kematian benar menusuk kalbu”
Nissan
15.
Baik,baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dari segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku

Kepada Peminta-minta

Dari puisi (Tabel 2 nomor 1) disebutkan “Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan menanti ia menyebut satu nama bermakna bahwa dalam kehidupannya sering mengalami sebuah kejadian atau pun bahaya dari lingkungannya, tetapi dalam pikirannya ia hanya mengingat Tuhan yang percaya akan menjaganya. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi الْمُحْسِنِييُحِبُّاللَّهَإِنَّوَأَحْسِنُوا التَّهْلُكَةِإِلَىبِأَيْدِيكُمْتُلْقُواوَلَا سَبِيلِفِي وَأَنْفِقُوا (QS. Al Baqarah: 195).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 2) disebutkan “Ya Allah! Badanku terbakar segala samar. Aku sudah melewati batas. Kembali? Pintu tertutup dengan keras bermakna bahwa masa hidup seseorang yang dijalaninya selalu melakukan perbuatan yang salah bahkan sudah melewati batas, sehingga sampai pada akhirnya tiba ia sudah telat untuk meminta ampun atas segala perbuatannya. Sampai pintu maaf yang diberikan sudah tertutup. Berdasarkan hadist yang berbunyi Tiadalah seorang Muslim itu menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan hati) hingga tertusuk duri melainkan semua itu akan menjadi penebus kesalahan- (Bukhari-muslim).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 3) disebutkan Aku ini binatang jalang. Dari kumpulannya terbuang bermakna bahwa seseorang yang menganggap dirinya sendiri seorang yang penuh dengan kesalahan yang sangat banyak dan hanya cocok untuk bergaul dengan seseorang yang sama sepertinya. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar-Ruum: 30).
     Dari puisi (Tabel 2 nomor 4) disebutkan Aku ini binatang jalang. Orang menyebut satu nama jaya. Mengingat kerjanya dari jasa bermakna bahwa seseorang yang selalu mengingat Tuhannya karena Ia yang selalu memberikan kenikmatan kepadanya , contohnya rezeki yang ia dapatkan. Berdasarkan hadist yang berbunyi ,”Makanan seseorang yang paling baik adalah hasil jerih payah sendiri,”( Al Migdad RA).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 5) disebutkan Jiwa bertanya: Dari buah. Hidup kan banyakan jatuh ke tanah. Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia bermakna bahwa seseorang yang selalu bertanya kepada dirinya sendiri yang diibaratkan dengan “buah”, ia bertanya apakah hidup akan selalu berada pada kesusahan? Dan pada akhirnya akan merasakan sebuah penyesalan yang menusuk hati karena, menyia-nyiakan hidupnya dengan begitu saja. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung. Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui(Al-Mu’minuun [23] : 112-114).
     Dari puisi (Tabel 2 nomor 6) disebutkan Ku lari dari gedong lebar halaman. Aku tersesat tak dapat jalan. Kemah ku dirikan ketika senjakala. Dipagi terbang entah kemana bermakna bahwa seseorang yang ingin mencari sebuah kebebasan di luar sana tetapi, ia tidak berfikir bahwa pergi tanpa tujuan dan perhitungan akan tersesat nantinya. Berdasarkan hadist yang berbunyi “Dan siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”( Qs. Thaha [20] : 124).

Dari puisi (Tabel 2 nomor 7) disebutkan Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada. Segala daya memadamkannya. Ini ruang. Gelanggang kami berperang bermakna bahwa Tuhan selalu berada di dalam diri kita selalu menjaga kita tetapi, terkadang kita yang selalu “menolaknya” dan mencoba melawannya. Berdasarkan Qur’an yang berbunyiDan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (QS Al-Ma’idah: [5]:77).

Dari puisi (Tabel 2 nomor 8) disebutkan Jangan kita disini berhenti. Tuaknya tua , sedikit pula. Sedang kita mau berkendi-kendi. Terus , terus dulu....!! bermakna bahwa janganlah berdiri untuk diam dan termengu karena dosa yang dimiliki, karena tdak ada manfaatnya sama sekali. Berdasarkan hadist yang berbunyi Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya (HR. Al Hakim).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 9) disebutkan Tuhanku. Dalam termangu. Aku masih menyebut namaMU. Biar susah sungguh. Mengingat kan penuh seluruh bermakna bahwa dimana seseorang ketika ia dalam keadaan susah ia selalu menyebut atau mengingat satu nama Tuhannya yaitu Allah dengan penuh rasa suka cita. Berdasarkan hadist yang berbunyi“Kenalilah Allah disaat lapang, niscaya Allah akan mengenalimu disaat sempit.” (HR. at Tirmidzi).

Dari puisi (Tabel 2 nomor 10) disebutkan Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu. Matanya menatap orang tersalib dibatu bermakna bahwa ketika seseorang merasa kesepian di dalam sebuah ruangan yang dimana ruangan itu hanya terisi oleh nya dan orang-orang yang hanya bisa ia lihat dari dalam ruangan dengan penuh perasaan. Berdasarkan hadist yang berbunyi Bagi orang yang ahli (terbiasa) mengucapkan kalimah Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah) tiada perasaan terasing baginya sewaktu ia mati, dan tiada pula sewaktu ia didalam kubur, serta tiada pula sewaktu ia dibangkitkan hidup kembali. Seakan-akan aku melihat mereka ketika dibangkitkan hidup kembali sedang mengibaskan tanah dari kepalanya seraya mengucapkan : "Segala puji bagi Allah yang telah melenyapkan kesedihan dari kami". (Riwayat  Thabrani melalui Ibnu Umar r.a)

Dari puisi (Tabel 2 nomor 11) disebutkan Dan tangan ‘kan kaku, menulis berhenti,
Kecemasan derita, kecemasan bermimpi; Berilah aku tempat dimenara tinggi. Dimana kau sendiri meninggi bermakna bahwa ketika sebuah usaha yang dilakukan ternyata hanya sia-sia, sehingga hanya tinggal sebuah kecemasan karena kesia-siannya itu. Dan selalu berharap selalu yang terbaik. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar berada dalam kerugian, Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran” (Al ‘Ashr: 13).

Dari puisi (Tabel 2 nomor 12) disebutkan Ada tanganku, sekali akan dijemu terkulai. Mainan tjahja di air hilang bentuk dalam kabut, Dan suara jang kutjintai ‘kan berhenti membelai. Kupahat batu nissan sendiri dan kupagut  bermakna bahwa seseorang yang kehilangan seseorang yang dicintainya, dimana banyak kenangan yang dilalui bersama sehingga ia sulit untuk melepaskan kepergiannya. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi الصَّابِرِينَوَبَشِّرِوَالثَّمَرَاتِوَالأنفُسِلأَمَوَالِمِّنَوَنَقْصٍوَالْجُوعِالْخَوفْمِّنَبِشَيْءٍنَّكُمْوَلَنَبْلُوَ"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". (QS Al-Baqoroh : 155)
"(Dan jiwa) yaitu dengan perginya orang-orang yang dicintai, baik anak-anak, kerabat, maupun sahabat" (Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 155).

Dari puisi (Tabel 2 nomor 13) disebutkan Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat. Mencekam dari belakang ‘tika kita tidak melihat, Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa bermakna bahwa ajal itu datang nya tiba-tiba dan tidak ada yang mengetahui kapan itu terjadi, bahkan bagaimana datangnya pun tidak ada yang mengetahuinya. Itu semua berlaku untuk semua yang hidup. Berdasarkan hadist yang berbunyi "Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah  . . . akan banyak kematian mendadak." (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 5899).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 14) disebutkan “Bukan kematian benar menusuk kalbu bermakna bahwa jadi dimana ada kematian pasti di sana ada sebuah kesedihan yang mendalam. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون. الذين آمنوا وكانوا يتقون.لهم البشرى في الحياة الدنيا وفي الآخرة لا تبديل لكلمات الله ذلك هو الفوز العظيم)). يونس “ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. “( Qs Yunus : 62-63 ).
Dari puisi (Tabel 2 nomor 15) disebutkan Baik,baik aku akan menghadap Dia. Menyerahkan diri dari segala dosa. Tapi jangan tentang lagi aku. Nanti darahku jadi beku bermakna bahwa pada saatnya nanti kita semua akan menghadap Tuhan, dimana di hadapannya kita akan mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita selama di dunia. Berdasarkan Qur’an yang berbunyi ”Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban mereka, dan beban-beban disamping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang telah mereka ada-adakan.” (Al-Ankabut: 13)

Kesimpulan
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah salah satu buku puisi karya atau ciptaan Chairil Anwar. Penelitian ini masih bersifat sementara karena keterbatasan waktu sehingga belum maksimal. Penelitian dilakukan sejak tanggal 4 Oktober 2012 bertempat di SMA Lazuardi GIS.
Disini diambil 15 puisi dari 25 puisi yang di ambil secara acak yang di mana mengandung makna religiusitasnya. Mengartikan makna religiusitas melalui hadist dan Al Qur’an sebagai pedoman Interpretasi.
Dari 15 puisi yang diambil secara acak ditemukan makna religiusitas, dan bisa jadi masih terdapat makna religiusitas di puisi yang lain dan belum tertulis di sini.
4.      Dafar pustaka

Al Qur’annul karim,1409 H,Al Jumuriatul Islamiah fil Iran,CV mujadid,Jakarta
Anwar,Chairil,Mei 2012,”Aku Binatang Jalang”,Gramedia Pustaka Utama,.
Al-Nawawi,Imam,1994,Mutiara Riyadhushshalihin,PT Mizan Pustaka
Departemen Agama RI,2000,Al Qur’an dan terjemahannya,CV penerbit Diponegoroklk
Departemen Agama RI,2004,Al Qur’an dan terjemahannya,J-Art
http://moeflich.wordpress.com/2010/11/14/indikasi-keyakinan-tentang-adanya-kehidupan-akhirat/


No comments:

Post a Comment