Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui optimalisasi software Arc
View 3.3 yang digunakan untuk memonitoring daerah yang rawan akan erosi di
Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui besaran erosi yang terjadi di Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2012 di SMA Lazuardi GIS. Penelitian ini menggunakan metode observasi (pengamatan) secara kualitatif yang
diambil dengan menggunakan software Arc View 3.3. Penelitian ini menggunakan variabel terikat yang
berupa data hasil yang akan muncul (output) dari software Arc view 3.3. Hasil dari penelitian ini adalah software Arc View 3.3 dapat bekerja dengan optimal untuk memonitoring daerah yang rawan akan erosi di Kecematan Cisewu,
Kabupaten Garut.
Akan tetapi, software Arc View 3.3 tidak dapat mendeteksi daerah
yang mempunyai kelerengan kurang dari 2%.
Kata
Kunci: Erosi, Arc View 3.3, Kecamatan Cisewu
1. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara berkembang menuntut perbaikan di segala
sektor kehidupan. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat juga mengiringi
perkembangan negara Indonesia. Hal ini menyebabkan perlunya lahan-lahan baru
untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik sebagai pemukiman penduduk, jalur
transportasi, industri ataupun fasilitas lainnya. Sedangkan kita ketahui banyak
wilayah Indonesia yang memiliki struktur tanah yang labil, atau daerah yang
rawan terjadi erosi.
Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan,
tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya
berat dan organisme hidup yang membahayakan. Oleh
karena itu, diperlukan suatu alat untuk memonitor atau mendeteksi kondisi
struktur tanah sebagai tindakan preventif untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan seperti erosi. Salah satu solusinya adalah dengan membuat suatu
sistem yang efektif dan efisien untuk memonitor atau mendeteksi pergerakan
tanah yang mampu memberikan data secara real time.
Mengingat kemampuan
manusia yang terbatas dalam melakukan pengukuran, serta ketelitian dan
ketidakmampuan manusia dalam mengingat data pengukuran yang terlalu banyak,
untuk itu perlu suatu alat yang bekerja secara otomatis yang dapat meringankan
beban manusia. Di era ini sudah dikenal alat yang dapat melakukan pengukuran,
serta ketelitian yang dapat membantu manusia, alat ini ialah komputer.

Software Arc View 3.3 merupakan salah
satu perangkat lunak GIS yang populer dan paling banyak digunakan untuk
mengelola data spasial. Arc View 3.3 dibuat oleh ESRI (Environmental Systems Research Institute). Arc View 3.3 dapat
digunakan untuk mengelola data, menganalisa dan membuat peta serta laporan yang berkaitan dengan data spasial bereferensi
geografis.
2.
Metodologi penelitian
A. Desain
Penelitian
Metode
penelitian dari karya ilmiah ini adalah dengan metode observasi. Peneliti
melihat data yang akan tergambarkan di dalam program Arc view 3.3
Sampel
penelitian dari karya ilmiah ini adalah daerah yang ingin peneliti teliti
tingkat erosinya, yaitu Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut.
B. Instrumentasi
dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumentasi
- Arc view 3.3
- Peta RBI
- Peta jenis tanah
- Peta curah hujan
2. Teknik
Pengumpulan Data
Arc
view 3.3diunduh dari situs ESRI GIS. Untuk peta RBI dibeli
peta digitalKecamatan Cisewu sebanyak 6 layer, di bakosur tanal bagian pusat
pelayanan data tahun 2010. Untuk PUSLITAN membeli peta tanah semi tinjau 1:25.000 tahun 1967.
Langkah awal yang dilakukan untuk
dapat melakukan observasi ini adalah mengunduh softwareArc View 3.3dari
situs ESRI GIS. Kemudian dibutuhkan
Peta RBI dibeli peta digitalKecamatan
Cisewu sebanyak 6 layer, di bakosur tanal bagian pusat pelayanan data tahun
2010. Untuk PUSLITAN membeli peta tanah
semi tinjau 1:25.000 tahun 1967.
Setelah semua yang dibutuhkan telah didapat untuk
melakukan observasi, dapat dimulai untuk mendapat data yang dibutuhkan. Pada
saat berjalannya observasi menggunakan variabel.
Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat. Variabel terikat
dari karya ilmiah ini adalah data hasil yang akan muncul (output) dari software
Arc view 3.3.
Dalam
penelitian ini digunakan metode perhitungan erosi USLE. Digunakan USLE disini
di karenakan software Arc View 3.3 bisa memberi angka-angka
yang dibutuhkan dalam rumus perhitungan metode USLE.
Penelitian
ini akan dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2012. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Lazuardi GIS Depok.
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2012.
Lokasi yang penulis pilih adalah Kecamatan Cisewu berada di Kabupaten Garut
dengan letak geografis sebagai berikut:
-
Sebelah
utara :
Kecamatan Talegong
-
Sebelah timur : Kecamatan Caringin dan Kecamatan Bungbulang
-
Sebelah
selatan : Kecamatan Caringin
-
Sebelah
barat : Kabupaten Cianjur
Kecamatan
Cisewu berjarak sekitar 106 km sebelah selatan dari ibukota Kabupaten Garut.
Kecamatan Cisewuyang terbagi menjadi 6 desa atau kelurahan, dengan jumlah 66
rukun warga dan 229 rukun tetangga. Desa yang tejauh dari pusat kota adalah
Desa Nyalindung yang berbatasan dengan Kecamatan Talegong. Pusat pemerintahan
Kecamatan Cisewu berada di Desa Cisewu.
Desa Cisewu,
Pamalayan, Nyalindung, dan Cikarang berbatasan disebelah barat dengan Kabupaten
Cianjur. Disebelah utara Desa Nyalindung dan Girimukti berbatasan dengan
Kecamatan Talegong, Desa Sukajaya, Pamalayan, dan Cikarang disebelah timur dan selatan
berbatasan dengan sedangkan Kecamatan Caringin.
Hasil yang di
dapat dari penganalisisan data mencakup data berikut:
1.
Peta RBI Kecamatan Cisewu tahun 2011
RBI
adalah peta rupa bumi Indonesia Kabupaten Garut Kecamatan Cisewu. Dari peta RBI
ini dapat di ekstraksi menjadi 3 peta tematik, yaitu peta administratif
(batas-batas wilayah), peta jalan dan sungai, dan peta penggunaan lahan.
2. Peta Curah
Hujan
Berdasarkan
data BMKG stasiun pemantauan curah hujan Kabupaten Garut tahun 2009, menyatakan
jumlah curah hujan adalah 90 mm/tahun. Peta curah hujan ini berguna untuk
mengetahui persebaran daerah yang paling sering hujan di Kecamatan Cisewu
karena hujan sebagai media erosi.
A.
Kondisi
Wilayah
1. Curah Hujan
Berdasarkan data stasiun pemantauan curah hujan untuk
Kabupaten Garut pada tahun 2009, tingkat rata-rata curah hujan di Kecamatan
Cisewu adalah 1085mm/tahun dengan hari hujan sebanyak 133 hari dan memilki
rata-rata hari hujan sebanyak 11 hari.
Tabel 2. Data Curah Hujan Kecamatan
Cisewu
Jumlah Hari
Hujan
|
Rata-rata
Hujan (mm)
|
Rata-rata
Curah Hujan per bulan (mm)
|
133
|
1.085
|
90
|
Sumber:
BMKG 2009
Rata-rata
curah hujan di Kecamatan Cisewu memang tidak terlalu tinggi dibanding dengan
kecamatan yang ada di kabupaten Garut, karena wilayah ini memang sebagian masuk
kepada lokasi bayangan hujan dan distribusi hujan di setiap desa pun merata.
Wilayah yang bergelombang dan berbukit menyebabkan air limpasan akan mengalir
ke daerah lereng dan lembah yang semakin besar zona tangkapan air menampung air
terlalu besar semakin meningkatkan pula potensi untuk rawan longsor.
Cuaca
terkering biasanya dimulai pada bulan Mei dan bulan terkering rata-rata pertahunnya
biasa terjadi pada bulan Juli, sedangkan untuk bulan terbasah biasanya diawali
di bulan November dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April.
2.
Jenis
Tanah
Berdasarkan data dari Puslittan
(1966), secara keseluruhan Kecamatan
Cisewu hanya memiliki 2 jenis tanah saja, yaitu asosiasi andosol coklat dan
regosol coklat dan kompleks podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning dan
regosol, seperti yang ada pada gambar 1. Dua jenis tanah ini adalah hasil
perkembangan tanah dari 2 jenis bahan induk yaitu abu pasirdan tuf vulkan, dan
batu pasir dan batu liat
Untuk
jenis tanah di sebelah utara Kecamatan Cisewu adalah asosiasi andosol coklat
dan regosol coklat dengan jenis batuan induknya adalah abu pasirdan tuf vulkan
intermedier. Tanah andosol adalah tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau
ochrik dan horizon kambik, serta
mempunyai kerapatan kurang dari 0.85g/cc dan didominasi bahan amorf, atau lebih
dari 60% terdiri dari bahan volkanik vitrik, cinder, atau piroklastik vitrik
lain. Tanah regosol memiliki ciri hanya mempunyai epipedon orchik, tidak
termasuk bahan endapan baru, tidak bersifat hidromorfik, tidak bersifat kembang
kempis, tidak didominasi bahan amorf.
Jenis
tanah untuk di sebelah selatan adalah kompleks podsolik merah kekuningan dan
podsolik kuning dan regosol dengan jenis batuan induknya adalah batu pasir dan
batu liat. Podsolik merah kuning / ultisol memiliki ciri berasal dari timbunan
liat di horizon bawah (horizon argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah
kation) pada kedalaman 180cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.
Tabel 3. Jenis Tanah Kecamatan
Cisewu
No.
|
Jenis
Tanah
|
Luas
(ha²)
|
1.
|
Asosiasi
andosol coklat dan regosol coklat
|
9.192,5
|
2.
|
Kompleks
podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning dan regosol
|
7.883,0
|
Sumber: Pengolahan Data
Secara keseluruhan jenis tanah yang
lebih luas di Kecamatan Cisewu adalah asosiasi andosol coklat dan regosol
coklat yang meliputi wilayah Desa Nyalindung, sebagian besar Desa Cisewu dan
Girimukti, dan sebagian kecil Desa Pamalayan dan Sukajaya. Jenis tanah kompleks
podsolik merah kekuningan meliputi seluruh Desa Cikarang, sebagian besar Desa
Sukajaya dan Pamalayan, dan sebagian kecil Desa Cisewu dan Girimukti.
3.
Penggunaan
Lahan
Penggunaan lahan
di Kecamatan Cisewu Lebih terpusat pada bagian timur, barat, dan selatan saja,
hal ini disebabkan disebelah utara dari Kecamatan Cisewu adalah hutan yang
masih sedikit diolah oleh masyarakat sekitar.
Tabel
4. Penggunaan Lahan Kecamatan Cisewu
No.
|
Guna Lahan
|
Persentase
|
Luas
(ha²)
|
1
|
Hutan Rimba
|
30%
|
5.185
|
2
|
Sawah tadah hujan dan tegalan
|
35%
|
6.050
|
3
|
Pemukiman
|
7%
|
1.220
|
4
|
Semak belukar
|
18%
|
3.111
|
5
|
Perkebunan
|
10%
|
1.728
|
Sumber: Kecamatan Cisewu dalam angka 2009
Tabel 7
menunjukkan penggunaan lahan Kecamatan Cisewu adalah merupakan hutan kurang lebih
30% dengan pemanfaatan pengolahan hutan hanya sedikit dilakukan dengan
penanaman pohon jati. Hutan ini banyak terdapat di wilayah Desa Girimukti dan
Sukajaya bagian utara. Sebagian besar lahan yang diolah oleh penduduk sekitar
adalah sawah tadah hujan dan tegalan dengan total persentase area sekitar 35%.
Sawah tadah hujan dan tegalan ini biasa
ditanami dengan padi, cabe, dan pisang. Sawah tadah hujan banyak terdapat di
Desa Cikarang dan Cisewu. Semak belukar mempunyai persentase sebesar 18% dari
luas total.
Semak
belukar di sini digunakan sebagai tempat untuk mengambil rumput untuk
hewan ternak para penduduk. Semak
belukar ini tersebar hampir diseluruh desa di Kecamatan Cisewu. Perkebunan
rakyat mempunyai persentase 10% dengan jenis tanaman yang ditanam meliputi
jahe, kapolaga, aren, kopi, cengkeh, kencur, dan kelapa yang berada di wilayah
Desa Nyalindung, Girimukti, dan Sukajaya. Pemukiman dan tempat kegiatan
mempunyai persentase sekitar 7% dengan penggunaan lahan pemukiman yang juga
disertai dengan perikanan kolam dibelakang rumah mereka. Wilayah pemukiman
banyak berada disepanjang jalan dengan kelompok kecil.
3. Peta Kontur
Petakonturdengan
interval 12,5meter diekstraksimenjadiduapetatematik,
yaitupetaketinggiandanpetalereng
4.
Lereng
Dengan
wilayah yang mempunyai ketinggian antara 100- 2062mdpl, Kecamatan Cisewu juga
memiliki daerah yang memiliki kelerengan yang cukup terjal, dengan mayaoritas
kelerengan antara 15-40%.
Tabel
5. Kelerengan Kecamatan Cisewu
No.
|
Kelerengan (%)
|
Luas (Ha²)
|
Luas (%)
|
1
|
0 – 2
|
7605
|
44 %
|
2
|
2 – 15
|
691
|
4 %
|
3
|
15 – 40
|
7950
|
46%
|
4
|
> 40
|
1037
|
6%
|
Sumber: Kecamatan Cisewu dalam angka 2009
Kecamatan
Cisewu memiliki kelerengan cukup bervariasi dengan persentase 0-2% sebesar 44%,
2-15% sebesar 4%, 15-40% sebesar 46%, dan >40% adalah sebesar 6%. Lereng
yang bervariasi di wilayah Cisewu mengakibatkan penduduknya mendirikan
pemukiman dengan pola tersebar dan bergerombol dengan kelompok kecil, guna
menghindari kerawanan yang ditimbulkan dari gerakan tanah yang berasal dari
lereng.
Kelerengan yang paling mempunyai
ketimpangan interval yang paling terjal berada di Desa Nyalindung, Girimukti,
dan Sukajaya. Untuk Desa Cisewu, Pamalayan, dan Cikarang masih dalam kategori
kelerengan yang landai sampai sedang, di samping memang memiliki ketinggian di
bawah 1.000meter di atas permukaan laut. Dengan topgrafi yang berbukit
mengakibatkan keterjangkauan antar desa cukup sulit.
5.
Ketinggian
Kecamatan
Cisewu mempunyai ketinggian antara 138-2.063meter di atas permukaan laut.
Daerah yang mempunyai ketinggian paling rendah berada di Desa Cikarang,
sedangkan yang memiliki ketinggian paling tinggi adalah Desa Girimukti yang
berhubungan langsung dengan Gunung Taro.
Tabel
6. Ketinggian Kecamatan Cisewu
No.
|
Ketinggian
|
Luas (Ha²)
|
Luas (%)
|
1
|
< 250 mdpl
|
1383
|
8 %
|
2
|
250 – 500 mdpl
|
2938
|
17 %
|
3
|
500 – 1000 mdpl
|
6913
|
40%
|
4
|
> 1000 mdpl
|
6049
|
35%
|
Sumber:
Pengolahan Data
Persentase
ketinggian kecamatan Cisewu yaitu <250meter sebesar 8%, 250-500meter sebesar
17%, 500-1.000meter sebesar 40%, dan >1.000meter sebesar 35%. Untuk
ketinggian diatas 1.000meter hanya sekitar 25% yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh penduduk dengan membuatan ladang yang ditanami dengan tumbuhan
rempah dan kopi selebihnya adalah hutan yang dijadikan sebagai daerah yang
jarang diolah penduduk.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diterapkan dalam pembahasan berikut.
1. USLE
USLE adalah USLE merupakan suatu model parametrik
untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah. USLE memungkinkan perencana
menduga laju rata-rata erosi suatu tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng
dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam pertanaman dan tindakan
pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau yang sedang
dipergunakan
C= Manejemen Lahan
(Penggunaan lahan
di Kecamatan Cisewu Lebih terpusat pada bagian timur, barat, dan selatan saja,
hal ini disebabkan disebelah utara dari Kecamatan Cisewu adalah hutan yang
masih sedikit diolah oleh masyarakat sekitar)
P= Manajemen Erosi
(Tidak ada managemen erosi di kecamatan cisewu. Tidak ada
penanganan khusus terhadap lahan yang ada di kecamatan tersebut, baik lahan
tertutup aspek sosial ataupun aspek fisik berupa terasering)
C. Analisis
Dari gambar
di atas yang dihasilkan oleh metode USLE daerah yang kosong ada di Desa
Cikarang bagian utara dan selatan, di Desa Pamalayan terdapat di bagian utara
dan timur, di Desa Cisewu terdapat di bagian timur, di Desa Girimukti terdapat
di bagian selatan, adapula di Desa
Sukajaya terdapat di bagian selatan dan utara, dan di Desa Nyalindung terdapat
di bagian utara. Daerah ini tidak terdeteksi di kerenakan, daerah tersebut
memiliki kelerengan kurang dari 2%.
Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa Kecamatan Cisewu memiliki beberapa jenis
kerentanan berdasarkan kategorinya. Adapun untuk kategori kecil mempunyai luas
41160680,0020m2, sedangkan untuk kategori sedang 19371461,5830m2
, dan untuk kategori besar 79674774,4460m2. Sedangkan untuk wilayah yang tidak
terdeteksi dari penelitian ini yang terdapat di Kecamatan Cisewu 20554778,97m2..
Terdapat analisis per unit desa adalah sebagai berikut:
1. Desa Cikarang:
·
Daerah yang tidak dapat terdeteksi
terdapat di bagian utara dan selatan
·
Daerah yang tingkat kerawanan akan
erosinya kecil di bagian utara, selatan, barat, timur.
·
Daerah yang tingkat kerawanan akan
erosinya sedang terdapat di bagian utara, selatan, barat, timur.
·
Daerah yang tingkat kerawanan akan
erosinya tinggi terdapat di bagian utara, selatan, barat, timur.
2. Desa Pamalayan:
· Daerah yang tidak
dapat terdeteksi terdapat di bagian utara dan timur
· Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya kecil terdapat
di bagian timur dan utara
· Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya sedang terdapat
di bagian timur
· Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya tinggi terdapat
di bagian barat
3.
Desa Cisewu:
·
Daerah yang tidak dapat terdeteksi
terdapat di bagian timur
·
Daerah yang tingkat kerawanan akan
erosinya kecil terdapat di bagian timur, barat, utara selatan
·
Daerah yang tingkat kerawanan akan
erosinya sedang terdapat di bagian utara
·
Daerah yang tingkat kerawanan akan
erosinya tinggi terdapat di bagian selatan dan utara
4. Desa Nyalindung:
·
Daerah yang tidak dapat terdeteksi
terdapat di bagian utara
·
Daerah yang tingkat kerawanan akan
erosinya kecil terdapat di bagian barat dan selatan
·
Daerah yang tingkat kerawanan akan
erosinya sedang terdapat di bagian utara, barat, dan selatan
·
Daerah yang rawan akan erosinya
tinggi terdapat di bagian timur
5. Desa Girimukti:
· Desa yang tidak dapat terdeteksi terdapat di bagian selatan
· Desa yang rawan akan erosinya kecil terdapat di bagian timur
· Desa yang rawan akan erosinya sedang terdapat di bagian
selatan, utara, barat, timur
· Desa yang rawan akan erosinya tinggi terdapat di bagian
selatan, utara, barat, timur
6. Desa Sukajaya:
·
Desa yang tidak dapat terdeteksi
terdapat di bagian selatan dan utara
·
Desa yang rawan akan erosinya kwcil
terdapat di bagian barat dan timur
· Desa yang rawan akan erosinya sedang terdapat di bagian
selatan, utara, barat, timur
· Desa yang rawan akan erosinya tinggi terdapat di bagian
selatan, utara, barat, timur
4.
Kesimpulan
Software Arc View 3.3 yang digunakan dalam
observasi kali ini,dapat bekerja dengan optimal untuk memonitoring
daerah yang rawan akan erosi di Kecematan Cisewu, Kabupaten Garut.Tetapi, SortwareArc
View 3.3 tidak dapat mendeteksi daerah
yang mempunyai kelerengan kurang dari 2%.
5.
Saran
Untuk
penelitian selanjutnya, disarankan supaya menggunakan alat-alat yang lebih
mudah didapat dan lebih mudah untuk diterapkan atau digunakan untuk mendapat
data yang dibutuhkan.Selain itu saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya
supaya mencari peta yang lebih update
menggunakan software yang lebih
canggih dengan bantuan software pendukung.
6. Daftar pustaka
[1]. Samadi. 2010. Geography For Senior
High School Year X. Yudhistira : Bandung.(8 Oktober 2012)
[2]. http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/(7
Oktober 2012)
http://www.slideshare.net/suryadi831/pengenalan-arcview-gis-33(8
Oktober 2012)
NN. SELASA, 14 FEBRUARI 2012.
[3].
http://ukurbumi.blogspot.com/2012/02/download-arcview-33-full-version-gratis.html(9
Oktober 2012)
[4].http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F12895%2FG09hga.ppt%3Fsequence%3D4&ei=wNqgUI62F4_qrQeE-4Eg&usg=AFQjCNHUB8plo2dhHY17sFLnqa2TyvGB9Q(10
Oktober 2012)
NN. Juli 20, 2009. http://tanahjuang.wordpress.com/tag/pengertian-erosi/(10
Oktober 2012)
No comments:
Post a Comment