Friday, 16 May 2014

OPTIMALISASI PENGGUNAAN SOFTWARE ARC VIEW 3.3 DALAM PENDUGAAN DAERAH EROSI

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi software Arc View 3.3 yang digunakan untuk memonitoring daerah yang rawan akan erosi di Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran erosi yang terjadi di Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2012 di SMA Lazuardi GIS. Penelitian ini menggunakan metode observasi (pengamatan)  secara kualitatif yang diambil dengan menggunakan software Arc View 3.3. Penelitian ini menggunakan variabel terikat yang berupa data hasil yang akan muncul (output) dari software Arc view 3.3. Hasil dari penelitian ini adalah software Arc View 3.3 dapat bekerja dengan optimal untuk memonitoring daerah yang rawan akan erosi di Kecematan Cisewu, Kabupaten Garut. Akan tetapi, software Arc View 3.3  tidak dapat mendeteksi daerah yang mempunyai kelerengan kurang dari 2%.
Kata Kunci: Erosi, Arc View 3.3, Kecamatan Cisewu

1. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara berkembang menuntut perbaikan di segala sektor kehidupan. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat juga mengiringi perkembangan negara Indonesia. Hal ini menyebabkan perlunya lahan-lahan baru untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik sebagai pemukiman penduduk, jalur transportasi, industri ataupun fasilitas lainnya. Sedangkan kita ketahui banyak wilayah Indonesia yang memiliki struktur tanah yang labil, atau daerah yang rawan terjadi erosi.
       Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup yang membahayakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat untuk memonitor atau mendeteksi kondisi struktur tanah sebagai tindakan preventif untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti erosi. Salah satu solusinya adalah dengan membuat suatu sistem yang efektif dan efisien untuk memonitor atau mendeteksi pergerakan tanah yang mampu memberikan data secara real time.
       Mengingat kemampuan manusia yang terbatas dalam melakukan pengukuran, serta ketelitian dan ketidakmampuan manusia dalam mengingat data pengukuran yang terlalu banyak, untuk itu perlu suatu alat yang bekerja secara otomatis yang dapat meringankan beban manusia. Di era ini sudah dikenal alat yang dapat melakukan pengukuran, serta ketelitian yang dapat membantu manusia, alat ini ialah komputer.
       Komputer adalah salah satu perangkat teknologi yang efisien dan mudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Utamanya komputer digunakan untuk bekerja, sebagai media pembelajaran, dan lain sebagainya, khususnya pekerjaan yang membutuhkan komputer yang dilengkapi oleh program-program yang dapat membantu pekerjaan tersebut. Salah satu manfaat komputer lainnya adalah dapat digunakan untuk mengukur tingkat erosi dengan menggunakan software Arc View 3.3.
       Software Arc View 3.3 merupakan salah satu perangkat lunak GIS yang populer dan paling banyak digunakan untuk mengelola data spasial. Arc View 3.3 dibuat oleh ESRI (Environmental Systems Research Institute). Arc View 3.3 dapat digunakan untuk mengelola data, menganalisa dan membuat peta serta laporan yang berkaitan dengan data spasial bereferensi geografis.
2. Metodologi penelitian
A. Desain Penelitian
       Metode penelitian dari karya ilmiah ini adalah dengan metode observasi. Peneliti melihat data yang akan tergambarkan di dalam program Arc view 3.3
       Sampel penelitian dari karya ilmiah ini adalah daerah yang ingin peneliti teliti tingkat erosinya, yaitu Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut.
B. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data
            1. Instrumentasi
- Arc view 3.3
            - Peta RBI
            - Peta jenis tanah
            - Peta curah hujan
 2. Teknik Pengumpulan Data
Arc view 3.3diunduh dari situs ESRI GIS. Untuk peta RBI dibeli peta digitalKecamatan Cisewu sebanyak 6 layer, di bakosur tanal bagian pusat pelayanan data tahun 2010. Untuk PUSLITAN membeli peta  tanah semi tinjau 1:25.000   tahun 1967.
   Langkah awal yang dilakukan untuk dapat melakukan observasi ini adalah mengunduh softwareArc View 3.3dari situs ESRI GIS. Kemudian dibutuhkan Peta RBI dibeli peta digitalKecamatan Cisewu sebanyak 6 layer, di bakosur tanal bagian pusat pelayanan data tahun 2010. Untuk PUSLITAN membeli peta  tanah semi tinjau 1:25.000   tahun 1967.
            Setelah semua yang dibutuhkan telah didapat untuk melakukan observasi, dapat dimulai untuk mendapat data yang dibutuhkan. Pada saat berjalannya observasi menggunakan variabel.
            Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat. Variabel terikat dari karya ilmiah ini adalah data hasil yang akan muncul (output) dari software Arc view 3.3.
            Dalam penelitian ini digunakan metode perhitungan erosi USLE. Digunakan USLE disini di karenakan software Arc View 3.3 bisa memberi angka-angka yang dibutuhkan dalam rumus perhitungan metode USLE.
            Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2012. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Lazuardi GIS Depok.
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian  ini dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2012. Lokasi yang penulis pilih adalah Kecamatan Cisewu berada di Kabupaten Garut dengan letak geografis sebagai berikut:
-                 Sebelah utara  : Kecamatan Talegong
-                      Sebelah timur : Kecamatan Caringin dan Kecamatan                                                              Bungbulang
-                 Sebelah selatan            : Kecamatan Caringin
-                 Sebelah barat               : Kabupaten Cianjur
          Kecamatan Cisewu berjarak sekitar 106 km sebelah selatan dari ibukota Kabupaten Garut. Kecamatan Cisewuyang terbagi menjadi 6 desa atau kelurahan, dengan jumlah 66 rukun warga dan 229 rukun tetangga. Desa yang tejauh dari pusat kota adalah Desa Nyalindung yang berbatasan dengan Kecamatan Talegong. Pusat pemerintahan Kecamatan Cisewu berada di Desa Cisewu.
          Desa Cisewu, Pamalayan, Nyalindung, dan Cikarang berbatasan disebelah barat dengan Kabupaten Cianjur. Disebelah utara Desa Nyalindung dan Girimukti berbatasan dengan Kecamatan Talegong, Desa Sukajaya, Pamalayan, dan  Cikarang disebelah timur dan selatan berbatasan dengan sedangkan Kecamatan Caringin.
          Hasil yang di dapat dari penganalisisan data mencakup data berikut:
1.    Peta RBI Kecamatan Cisewu tahun 2011
     RBI adalah peta rupa bumi Indonesia Kabupaten Garut Kecamatan Cisewu. Dari peta RBI ini dapat di ekstraksi menjadi 3 peta tematik, yaitu peta administratif (batas-batas wilayah), peta jalan dan sungai, dan peta penggunaan lahan.
2.    Peta Curah Hujan
          Berdasarkan data BMKG stasiun pemantauan curah hujan Kabupaten Garut tahun 2009, menyatakan jumlah curah hujan adalah 90 mm/tahun. Peta curah hujan ini berguna untuk mengetahui persebaran daerah yang paling sering hujan di Kecamatan Cisewu karena hujan sebagai media erosi.
A.    Kondisi Wilayah
1.  Curah Hujan
          Berdasarkan  data stasiun pemantauan curah hujan untuk Kabupaten Garut pada tahun 2009, tingkat rata-rata curah hujan di Kecamatan Cisewu adalah 1085mm/tahun dengan hari hujan sebanyak 133 hari dan memilki rata-rata hari hujan sebanyak 11 hari.
Tabel 2. Data Curah Hujan Kecamatan Cisewu
Jumlah Hari Hujan
Rata-rata Hujan (mm)
Rata-rata Curah Hujan per bulan (mm)
133
1.085
90
Sumber: BMKG 2009
Rata-rata curah hujan di Kecamatan Cisewu memang tidak terlalu tinggi dibanding dengan kecamatan yang ada di kabupaten Garut, karena wilayah ini memang sebagian masuk kepada lokasi bayangan hujan dan distribusi hujan di setiap desa pun merata. Wilayah yang bergelombang dan berbukit menyebabkan air limpasan akan mengalir ke daerah lereng dan lembah yang semakin besar zona tangkapan air menampung air terlalu besar semakin meningkatkan pula potensi untuk rawan longsor.
Cuaca terkering biasanya dimulai pada bulan Mei dan bulan terkering rata-rata pertahunnya biasa terjadi pada bulan Juli, sedangkan untuk bulan terbasah biasanya diawali di bulan November dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April.
2.      Jenis Tanah
          Berdasarkan data dari Puslittan (1966),  secara keseluruhan Kecamatan Cisewu hanya memiliki 2 jenis tanah saja, yaitu asosiasi andosol coklat dan regosol coklat dan kompleks podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning dan regosol, seperti yang ada pada gambar 1. Dua jenis tanah ini adalah hasil perkembangan tanah dari 2 jenis bahan induk yaitu abu pasirdan tuf vulkan, dan batu pasir dan batu liat
Untuk jenis tanah di sebelah utara Kecamatan Cisewu adalah asosiasi andosol coklat dan regosol coklat dengan jenis batuan induknya adalah abu pasirdan tuf vulkan intermedier. Tanah andosol adalah tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan  horizon kambik, serta mempunyai kerapatan kurang dari 0.85g/cc dan didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60% terdiri dari bahan volkanik vitrik, cinder, atau piroklastik vitrik lain. Tanah regosol memiliki ciri hanya mempunyai epipedon orchik, tidak termasuk bahan endapan baru, tidak bersifat hidromorfik, tidak bersifat kembang kempis, tidak didominasi bahan amorf.
Jenis tanah untuk di sebelah selatan adalah kompleks podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning dan regosol dengan jenis batuan induknya adalah batu pasir dan batu liat. Podsolik merah kuning / ultisol memiliki ciri berasal dari timbunan liat di horizon bawah (horizon argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 180cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.




Tabel 3. Jenis Tanah Kecamatan Cisewu
No.
Jenis Tanah
Luas (ha²)
1.
Asosiasi andosol coklat dan regosol coklat
9.192,5
2.
Kompleks podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning dan regosol
7.883,0
Sumber: Pengolahan Data
          Secara keseluruhan jenis tanah yang lebih luas di Kecamatan Cisewu adalah asosiasi andosol coklat dan regosol coklat yang meliputi wilayah Desa Nyalindung, sebagian besar Desa Cisewu dan Girimukti, dan sebagian kecil Desa Pamalayan dan Sukajaya. Jenis tanah kompleks podsolik merah kekuningan meliputi seluruh Desa Cikarang, sebagian besar Desa Sukajaya dan Pamalayan, dan sebagian kecil Desa Cisewu dan Girimukti.

3.      Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Cisewu Lebih terpusat pada bagian timur, barat, dan selatan saja, hal ini disebabkan disebelah utara dari Kecamatan Cisewu adalah hutan yang masih sedikit diolah oleh masyarakat sekitar.
Tabel 4. Penggunaan Lahan Kecamatan Cisewu
No.
Guna Lahan
Persentase
Luas (ha²)
1
Hutan Rimba
30%
5.185
2
Sawah tadah hujan dan tegalan
35%
6.050
3
Pemukiman
7%
1.220
4
Semak belukar
18%
3.111
5
Perkebunan
10%
1.728
Sumber: Kecamatan Cisewu dalam angka 2009
Tabel 7 menunjukkan penggunaan lahan Kecamatan Cisewu adalah merupakan hutan kurang lebih 30% dengan pemanfaatan pengolahan hutan hanya sedikit dilakukan dengan penanaman pohon jati. Hutan ini banyak terdapat di wilayah Desa Girimukti dan Sukajaya bagian utara. Sebagian besar lahan yang diolah oleh penduduk sekitar adalah sawah tadah hujan dan tegalan dengan total persentase area sekitar 35%. Sawah  tadah hujan dan tegalan ini biasa ditanami dengan padi, cabe, dan pisang. Sawah tadah hujan banyak terdapat di Desa Cikarang dan Cisewu. Semak belukar mempunyai persentase sebesar 18% dari luas total.
Semak belukar di sini digunakan sebagai tempat untuk mengambil rumput untuk hewan  ternak para penduduk. Semak belukar ini tersebar hampir diseluruh desa di Kecamatan Cisewu. Perkebunan rakyat mempunyai persentase 10% dengan jenis tanaman yang ditanam meliputi jahe, kapolaga, aren, kopi, cengkeh, kencur, dan kelapa yang berada di wilayah Desa Nyalindung, Girimukti, dan Sukajaya. Pemukiman dan tempat kegiatan mempunyai persentase sekitar 7% dengan penggunaan lahan pemukiman yang juga disertai dengan perikanan kolam dibelakang rumah mereka. Wilayah pemukiman banyak berada disepanjang jalan dengan kelompok kecil.




3.    Peta Kontur
Petakonturdengan interval 12,5meter diekstraksimenjadiduapetatematik, yaitupetaketinggiandanpetalereng

4.      Lereng
          Dengan wilayah yang mempunyai ketinggian antara 100- 2062mdpl, Kecamatan Cisewu juga memiliki daerah yang memiliki kelerengan yang cukup terjal, dengan mayaoritas kelerengan antara 15-40%.

Tabel 5. Kelerengan Kecamatan Cisewu
No.
Kelerengan (%)
Luas (Ha²)
Luas (%)
1
0 – 2
7605
44 %
2
2 – 15
691
4 %
3
15 – 40
7950
46%
4
> 40
1037
6%
Sumber: Kecamatan Cisewu dalam angka 2009

Kecamatan Cisewu memiliki kelerengan cukup bervariasi dengan persentase 0-2% sebesar 44%, 2-15% sebesar 4%, 15-40% sebesar 46%, dan >40% adalah sebesar 6%. Lereng yang bervariasi di wilayah Cisewu mengakibatkan penduduknya mendirikan pemukiman dengan pola tersebar dan bergerombol dengan kelompok kecil, guna menghindari kerawanan yang ditimbulkan dari gerakan tanah yang berasal dari lereng.
          Kelerengan yang paling mempunyai ketimpangan interval yang paling terjal berada di Desa Nyalindung, Girimukti, dan Sukajaya. Untuk Desa Cisewu, Pamalayan, dan Cikarang masih dalam kategori kelerengan yang landai sampai sedang, di samping memang memiliki ketinggian di bawah 1.000meter di atas permukaan laut. Dengan topgrafi yang berbukit mengakibatkan keterjangkauan antar desa cukup sulit.
5.      Ketinggian
Kecamatan Cisewu mempunyai ketinggian antara 138-2.063meter di atas permukaan laut. Daerah yang mempunyai ketinggian paling rendah berada di Desa Cikarang, sedangkan yang memiliki ketinggian paling tinggi adalah Desa Girimukti yang berhubungan langsung dengan Gunung Taro.

Tabel 6. Ketinggian Kecamatan Cisewu
No.
Ketinggian
Luas (Ha²)
Luas (%)
1
< 250 mdpl
1383
8 %
2
250 – 500 mdpl
2938
17 %
3
500 – 1000 mdpl
6913
40%
4
> 1000 mdpl
6049
35%
Sumber: Pengolahan Data
Persentase ketinggian kecamatan Cisewu yaitu <250meter sebesar 8%, 250-500meter sebesar 17%, 500-1.000meter sebesar 40%, dan >1.000meter sebesar 35%. Untuk ketinggian diatas 1.000meter hanya sekitar 25% yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh penduduk dengan membuatan ladang yang ditanami dengan tumbuhan rempah dan kopi selebihnya adalah hutan yang dijadikan sebagai daerah yang jarang diolah penduduk.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diterapkan dalam pembahasan berikut.

1. USLE
USLE adalah USLE merupakan suatu model parametrik untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah. USLE memungkinkan perencana menduga laju rata-rata erosi suatu tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau yang sedang dipergunakan

C= Manejemen Lahan
(Penggunaan lahan di Kecamatan Cisewu Lebih terpusat pada bagian timur, barat, dan selatan saja, hal ini disebabkan disebelah utara dari Kecamatan Cisewu adalah hutan yang masih sedikit diolah oleh masyarakat sekitar)

P= Manajemen Erosi
(Tidak ada managemen erosi di kecamatan cisewu. Tidak ada penanganan khusus terhadap lahan yang ada di kecamatan tersebut, baik lahan tertutup aspek sosial ataupun aspek fisik berupa terasering)
C. Analisis

          Dari gambar di atas yang dihasilkan oleh metode USLE daerah yang kosong ada di Desa Cikarang bagian utara dan selatan, di Desa Pamalayan terdapat di bagian utara dan timur, di Desa Cisewu terdapat di bagian timur, di Desa Girimukti terdapat di bagian selatan,  adapula di Desa Sukajaya terdapat di bagian selatan dan utara, dan di Desa Nyalindung terdapat di bagian utara. Daerah ini tidak terdeteksi di kerenakan, daerah tersebut memiliki kelerengan kurang dari 2%.
          Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa Kecamatan Cisewu memiliki beberapa jenis kerentanan berdasarkan kategorinya. Adapun untuk kategori kecil mempunyai luas 41160680,0020m2, sedangkan untuk kategori sedang 19371461,5830m2 , dan untuk kategori besar 79674774,4460m2.  Sedangkan untuk wilayah yang tidak terdeteksi dari penelitian ini yang terdapat di Kecamatan Cisewu 20554778,97m2..

Terdapat analisis per unit desa adalah sebagai berikut:

1. Desa Cikarang:
·    Daerah yang tidak dapat terdeteksi terdapat di bagian utara dan selatan
·    Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya kecil di bagian utara, selatan, barat, timur.
·    Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya sedang terdapat di bagian utara, selatan, barat, timur.
·    Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya tinggi terdapat di bagian utara, selatan, barat, timur.

2. Desa Pamalayan:
·   Daerah yang tidak dapat terdeteksi terdapat di bagian utara dan timur
·  Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya kecil terdapat di bagian timur dan utara
·  Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya sedang terdapat di bagian timur
·  Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya tinggi terdapat di bagian barat
3. Desa Cisewu:
·    Daerah yang tidak dapat terdeteksi terdapat di bagian timur
·    Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya kecil terdapat di bagian timur, barat, utara selatan
·    Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya sedang terdapat di bagian utara
·    Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya tinggi terdapat di bagian selatan dan utara
4. Desa Nyalindung:
·    Daerah yang tidak dapat terdeteksi terdapat di bagian utara
·    Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya kecil terdapat di bagian barat dan selatan
·    Daerah yang tingkat kerawanan akan erosinya sedang terdapat di bagian utara, barat, dan selatan
·    Daerah yang rawan akan erosinya tinggi terdapat di bagian timur

5. Desa Girimukti:
·  Desa yang tidak dapat terdeteksi terdapat di bagian selatan
·  Desa yang rawan akan erosinya kecil terdapat di bagian timur
·  Desa yang rawan akan erosinya sedang terdapat di bagian selatan, utara, barat, timur
·  Desa yang rawan akan erosinya tinggi terdapat di bagian selatan, utara, barat, timur
6. Desa Sukajaya:
·    Desa yang tidak dapat terdeteksi terdapat di bagian selatan dan utara
·    Desa yang rawan akan erosinya kwcil terdapat di bagian barat dan timur
·  Desa yang rawan akan erosinya sedang terdapat di bagian selatan, utara, barat, timur
·  Desa yang rawan akan erosinya tinggi terdapat di bagian selatan, utara, barat, timur
4.      Kesimpulan
Software Arc View 3.3 yang digunakan dalam observasi kali ini,dapat bekerja dengan optimal untuk memonitoring daerah yang rawan akan erosi di Kecematan Cisewu, Kabupaten Garut.Tetapi, SortwareArc View 3.3  tidak dapat mendeteksi daerah yang mempunyai kelerengan kurang dari 2%.
5.      Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan supaya menggunakan alat-alat yang lebih mudah didapat dan lebih mudah untuk diterapkan atau digunakan untuk mendapat data yang dibutuhkan.Selain itu saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya supaya mencari peta yang lebih update menggunakan software yang lebih canggih dengan bantuan software  pendukung.
6. Daftar pustaka

[1]. Samadi. 2010. Geography For Senior High School Year X. Yudhistira : Bandung.(8 Oktober 2012)
[2]. http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/(7 Oktober 2012)
http://www.slideshare.net/suryadi831/pengenalan-arcview-gis-33(8 Oktober 2012)
NN. SELASA, 14 FEBRUARI 2012.
[3]. http://ukurbumi.blogspot.com/2012/02/download-arcview-33-full-version-gratis.html(9 Oktober 2012)
[4].http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F12895%2FG09hga.ppt%3Fsequence%3D4&ei=wNqgUI62F4_qrQeE-4Eg&usg=AFQjCNHUB8plo2dhHY17sFLnqa2TyvGB9Q(10 Oktober 2012)
NN. Juli 20, 2009. http://tanahjuang.wordpress.com/tag/pengertian-erosi/(10 Oktober 2012)

No comments:

Post a Comment