Friday, 16 May 2014

LIMBAH KULIT TELUR SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN CABAI

Abstrak
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah limbah kulit telur dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik khususnya pada tanaman cabai (capsicum sp).                                                                                 Penelitian ini dilakukan  pada tanggal  9 Oktober-29 Oktober 2012. Penelitian ini didesain secara eksperimen dan observasi, yaitu dengan cara mengujicobakan pupuk organik berbahan dasar limbah kulit telur kepada tanaman cabai. Kemudian mengamati pertumbuhan tanaman cabai secara berkala setelah diberikan pupuk yang berbahan dasar limbah kulit telur. Pengamatan tersebut akan dilakukan selama 2 minggu. Hasil penelitian menunjukan bahwa limbah kulit telur dapat digunakan sebagai pupuk organik khususnya pada tanaman cabai. Pupuk organik yang berbahan dasar limbah kulit telur dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan membuat tanah menjadi gembur.
Kata Kunci: Kulit telur, Pupuk organik, Tanaman cabai

1.       Latar Belakang


            Salah satu bahan makanan hewani selain daging, ikan, dan susu adalah telur. Telur yang biasanya menjadi bahan makanan ini sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat. Telur dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung zat-zat yang penting bagi tubuh sebagai sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang cukup lengkap sehingga dapat membantu memperlancar proses-proses metabolisme pada tubuh. Kandungan proteinnya menyumbang gizi yang diperlukan dalam fase pertumbuhan seseorang.      
            Di balik semua zat yang terdapat pada daging telur, ternyata kulit telur juga memiliki zat yang bermanfaat khususnya dibidang pertanian. Limbah kulit telur yang selama ini terlihat seperti sampah ternyata memiliki banyak manfaat, Salah satunya adalah menjadi pupuk organik. Di dalam kulit telur terdapat kandungan kalsium yang cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada tanaman. Kulit telur mengandung komposisi utama CaCO3 yang akan menjadi limbah dan bisa menyebabkan polusi karena aktivitas mikroba di lingkungan. Kandungan kalsium (Ca) yang terdapat pada kulit telur  dapat merangsang pembentukan bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukan biji. Sejauh ini limbah kulit telur belum dimanfaatkan dibidang pertanian. Padahal 97% kandungan kalsium pada kulit telur berpotensi sebagai pupuk organik.          
            Tingkat konsumsi cabai di Indonesia terbilang cukup tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun. Secara umum, permintaan cabai didominasi oleh konsumen rumah tangga dan industri pengolahan cabai. Tingginya kebutuhan cabai segar dan cabai untuk industri belum mampu diimbangi oleh ketersediaan produksi cabai dalam negeri oleh petani. Jumlah produksi cabai nasional cenderung naik turun akibat cuaca ekstrim serta tingkat serangan hama dan penyakit yang cukup tinggi. Oleh karena itu petani membutuhkan perawatan khusus untuk tanaman cabai yang dapat mengurangi hal-hal yang dapat menghambat pertumbuhan cabai dan memperbaiki kualitas cabai itu sendiri. Tanaman cabai sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai pemberi rasa pedas pada masakan atau makanan. Oleh karena itu, tanaman ini menjadi identik dengan rasanya yang pedas. Cabai digolongkan menjadi cabai besar (Capsicum annum) dan cabai kecil (Capsicum frutescens) yang lebih dikenal dengan cabai rawit.
            Pengkajian manfaat limbah kulit telur patut dikembangkan sebagai salah satu solusi dibidang pertanian karena limbah kulit telur ayam dapat dimanfaatkan dalam pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu dalam karya ilmiah ini akan diteliti pemanfaatan kulit telur sebagai pupuk organik dalam pertumbuhan tanaman cabai.

2.       Metode Penelitian

            Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dan observasi dimana eksperimennya menggunakan variabel bebas, variabel terikat dan variable kontrol. Variabel bebas berupa pupuk organik yang berasal dari limbah kulit telur, variabel terikat berupa tanaman cabai yang diberi perlakuan dan variabel kontrol berupa tanaman cabai yang tidak diberi perlakuan. Observasi yaitu dengan cara mengujicobakan pupuk organik berbahan dasar limbah kulit telur kepada tanaman cabai. Kemudian mengamati pertumbuhan tanaman cabai secara berkala setelah diberikan pupuk yang berbahan dasar limbah kulit telur. Pengamatan tersebut akan dilakukan selama 2 minggu yang tanamannya sudah berusia 2 bulan.      


Tanaman F
(cm)
Tanaman G
(cm)
Tanaman H
(cm)
Tanaman I
(cm)
Tanaman J
(cm)

Hari ke-1
TT
JD
TT
JD

TT
JD

TT
JD

TT
JD

54.5
46
28
34
21
9
30
25
20
59
Hari ke-7
55.5
43
29
40
21
10
31.5
23
20.5
57
Hari ke-9
56
47
30
41
22.5
10
32
25
21
53
Hari ke-11
57
50
31
42
23
11
32
26
22
46
Hari ke13
57
54
33.5
48
23
12
33.5
27
22.5
48
Hari ke-15
58.5
 56
34
45
24.5
14
35
29
23
50
Hari ke-17
58.5
62
35.5
40
25
13
35.5
25
23
51
Hari ke-19
60
60
38
43
25.5
16
38
20
23.5
49
Hari ke-21
62
64
40
46
26
19
40
18
24.5
53




























Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)   Tanaman Cabai (Capsicum sp.)
2)   Limbah kulit telur
3)   Penggaris
Adapun prosedur penelitian meliputi sebagai berikut:
1)   Sangrailah sisa limbah kulit telur hingga berwarna kehitam-hitaman
2)   Setelah itu, tumbuk hasil rangrai hingga halus
3)   Terakhir taburkan 83 gr pupuk organik yang terbuat dari limbah kulit tersebut pada sekitar tanaman cabai

3.       Hasil Penelitian dan Pembahasan

Selisih dan Rata-rata selama 2 minggu
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Selisih Tinggi tanaman
Tanaman A
34.7 cm
17
11.5
Tanaman B
43.2 cm
92
14
Tanaman C
40.1 cm
53
17
Tanaman D
40.7 cm
67
14
Tanaman E
31.2 cm
27
17.5
                   






















Tanaman A
(cm)
Tanaman B
(cm)
Tanaman C
(cm)
Tanaman D
(cm)
Tamanan E
(cm)

Hari ke-1
TT
JD
TT
JD
TT
JD
TT
JD
TT
JD
28.5
11
36
68
30
28
32
55
22.5
23
Hari ke-7
30
12
38
84
32
35
37.5
58
25
24
Hari ke-9
32
13
40
87
36
38
38
67
27.5
23
Hari ke-11
34
16
42.5
89
38.5
49
39
69
29
27
Hari ke-13
35.5
18
44
98
40.5
56
41
64
32
28
Hari ke-15
36
21
44.5
105
45
64
43.5
70
33.5
31
Hari ke-17
37
23
46
103
46
69
44
75
35
29
Hari ke-19
39.5
22
48
100
46.5
73
45.5
79
37
33
Hari ke-21
40
24
50
101
47
67
46
71
40
30























Penelitian dimulai dari tanggal 09 Oktober 2012. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu yang pengukuran pertumbuhannya diambil setiap 2 hari sekali. Berikut adalah data dari hasil pengamatan pertumbuhan tanaman cabai:
Tabel 3. Tabel Pertumbuhan tanaman cabai yang diberi perlakuan pupuk organik dari limbah kulit telur
Tabel 4. Tabel Pertumbuhan tanaman cabai yang tidak diberi perlakuan pupuk organik dari limbah kulit telur


Tabel 5. Tabel Selisih dan rata-rata pertumbuhan tanaman cabai dengan perlakuan selama 2 minggu


Selisih dan Rata-rata selama 2 minggu
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Selisih Tinggi tanaman
Tanaman F
57.6 cm
53
7.5
Tanaman G
33.2 cm
42
12
Tanaman H
23.5 cm
12
5
Tanaman I
34 cm
24
10
Tanaman J
22.2 cm
51
4.5
Tabel 6. Tabel Selisih dan rata-rata pertumbuhan tanaman cabai yang tidak diperlakukan selama 2 minggu


Pembahasan:
            Pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, cahaya dan keadaan cuacanya. Selain itu pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh perawatan, salah satunya adalah pemberian pupuk dan pemberian air setiap harinya secara teratur.
            Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik  yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
            Penelitian ini menggunakan pupuk yang berbahan dasar limbah kulit telur. Berdasarkan teori, kandungan kalsium (Ca) yang terdapat pada kulit telur dapat merangsang pembentukan bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukan biji. Selain itu kalsium pada kulit telur juga berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman.
            Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 3 dan 4, dimana tabel 3 merupakan tabel pertumbuhan tanaman cabai yang diberi perlakuan pupuk organic dari limbah kulit telur sedangkan tabel 4 merupakan tabel pertumbuhan tanaman cabai yang tidak diberi perlakuan pupuk organik dari limbah kulit telur. Kedua tabel diatas menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman cabai yang diberikan pupuk limbah kulit telur ternyata lebih cepat dibandingkan tanaman cabai yang tidak diberikan pupuk. Selain berdasarkan pertambahan tinggi tanaman, pertumbuhan tanaman cabai juga dilihat dari bertambahnya jumlah daun antara tanaman cabai yang diberi pupuk organik dan yang tidak diberikan pupuk organik. Selisih dan rata-rata perbandingan pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun antara tanaman cabai yang diberi pupuk organik dengan yang tidak diberi pupuk organik dapat dilihat pada tabel 5 dan 6.
             Pada tabel ke 5 dan 6 menjelaskan selisih dan rata-rata pertambahan tinggi dan jumlah daun pada tanaman cabai selama dua minggu. Tanaman A (tanaman yang diperlakukan) setelah diukur dua minggu, tinggi batangnya menjadi 34.7 cm. Sebelum diberikan pupuk, tanaman tersebut tingginya 28.5 cm. Tanaman B (tanaman yang diperlakukan) setelah diukur dua minggu, tingginya menjadi 43.2 cm. Sebelum diberikan pupuk, tanaman tersebut tingginya 36 cm. Selain tanaman A dan tanaman B, tanaman C (tanaman yang diperlakukan) setelah diukur dua minggu, tinggi batangnya adalah 40.1 cm. Padahal tinggi batang sebelum diberikan pupuk adalah 30 cm. Untuk tanaman D dan E juga sama, setelah diukur dua minggu tinggi tanamannya menjadi 40.7 cm dan 31.2 cm berturut-turut. Sedangkan untuk Tanaman F (tanaman yang tidak diberi perlakukan) juga tetap tumbuh, tetapi tidak secepat tanaman yang diperlakukan. Tanaman F yang tinggi awalnya 54,4 cm setelah dua minggu tumbuh menjadi 57.6 cm. Dapat dilihat pada tabel 4 , jumlah daun tanaman F di hari pertama yang tadinya 46 menjadi 43. Hal ini sangat wajar jika terjadi disuatu penelitian karena daun yang kelihatannya sudah tidak segar, layu atau mati akan lebih mudah rontok. Oleh karena itu jumlah daun pada tanaman cabai tidak tetap atau tidak selalu bertambah setiap hari. Kerontokan daun selain disebabkan oleh dipupuki atau tidaknya suatu tanaman adalah keadaan lingkungan atau cuaca. Akhir-akhir ini musim hujan lebih sering terjadi dibandingkan dengan musim panasnya, karena keadaan yang terus menerus berubah dan tidak dapat di prediksi ini tanamanpun menjadi susah untuk berkembang dan menyesuaikan.
            Tanah pada tanaman cabai yang tidak diberi perlakuan terlihat lebih keras dan kurang gembur. Sementara tanaman cabai yang diberikan pupuk terlihat memiliki struktur tanah yang lebih gembur sehingga memiliki daya simpan air yang tinggi. Pemberian pupuk organik pada tanaman cabai juga dapat membuat tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit atau hama tanaman dan dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.
            Hal lain yang dapat dilihat sebagai perbandingan antara tanaman yang diberi pupuk dengan yang tidak diberi pupuk adalah tanaman yang diberi pupuk tanahnya akan terlihat lebih gembur, daun yang awalnya keriting menjadi membaik. Tanaman yang diberi pupuk akan menghasilkan daun yang cukup kuat karena kandungan kalsium yang terdapat pada kulit telur sebagai pupuk organik mampu untuk memperbaiki struktur tanaman yang rusak atau lemah sehingga daun tersebut tidak mudah rontok atau jatuh. Sebaliknya, tanaman yang tidak diberikan pupuk akan membuat daun lebih mudah untuk rontok dan layu.
4.       Kesimpulan
           
            Limbah kulit telur dapat dijadikan sebagai pupuk organik karena mengandung kalsium (Ca). Pupuk limbah kulit telur juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai sehingga tanaman yang diberikan pupuk pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan pupuk. Selain itu, pupuk limbah kulit telur ini juga mampu merubah tanah menjadi lebih gembur.






5.       Saran
            Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk terlebih dahulu memilih tanaman cabai yang tinggi dan usianya sama, agar lebih mudah untuk dibandingkan. Selain itu, pilihlah tanaman cabai yang masih berusia muda.
6.       Daftar Pustaka
DR, Purwa.2007.Budi Daya Cabai Hibrida. Jakarta: PT Agromedia Pustaka
Redaksi Agro Media, 2007
Redaksi Agro Media, 2008
Rostini, Neni. 2012. 9 Strategi bertanam cabai bebas hama dan penyakit. Jakarta: AgroMedia

           

















                                                

No comments:

Post a Comment